Thursday, November 30, 2006

My 4 cute little angels




Hey, we are Gita, Artia, Arya and Azra.
Gita : Hi, my name is Gita Natalia Serafim Hutagalung. It means songs of angels on Christmas day. I was born on 26 December 2004. I will be 2 years old this coming Christmas...hm,can't wait to celebrate with mom, friends, and my big family. I know my papa passed away one day before I was born. But I can see him everyday actually--he wathches over me day and night. Nobody knows this but mom believe that I have my own time with my papa. My mom is my best friend ever. She is so tough and knows me in details. Im so proud to be her little girl. I promise to take care of my mom, always. I love to sing. Indonesian pop songs are my favourite. Bou Stella promise to take me singing at family karaoke one day....hurray! I like Ratu, Naff and many more. But Artia, he prefer sunday school songs and batak songs. Ompung doli visits me often, and he never forget to put some money in my celengen (saving box)--thanks ompung! Many said that I look like my late papa and I copy ompung boru's habit--so fashion and so matching,hahaha.
Artia : Kak Gita's right! I love Batak songs, especially the happy ones. Ompung doli like to play those songs by piano. The sad Batak songs are ok too, but the thing is I know that everytime Ompung plays the sad songs it means he misses Gita's papa--my bapak tua. Don't be sad, ompung, you have me, Kak Gita and all the family. I will be one year old in January 2007. To be able to walk and run is my dream now. Every day I keep on practicing--ta,ta,ta...mom and dad are so impress with my ta-ta-ta, one step, second step...
Arya : Hi and hi. I'm Arya. I'm Pakde Wahyu's nephew. I smile to anyone. People said i'm the friendliest baby in Purwokerto,hahaha. I won first prize for competition of the healthiest baby in kabupaten Purbalingga. I got a great bike. Eyang kakung, eyang putri, all the family and the jury kept kissing my chubby cheeks on that day. Fiuhhh..I'm so famous!:) I just celebrated my first year old birthday last 19 November. Dancing is my hobby. Put the dangdut song then I will happily dance and laugh:) Oh ya, I have another talent: I can count 1 to 5 in Indonesian language and in Javanese-- setunggal, kaleh, tigo, papat,limo..horree, satu, dua, tiga, empat, lima!
Azra : I'm Azra, 8 months old. I'm not as active as Arya,but I like to observe. I like my kampung, the people are so warm and I can hear birds singing when the morning break. I visit eyang's house at least twice a week. Playing at their house is the happiest moment, I can do anything...no such "don't go there, don't do this" rules in eyang's house:) I rarely meet my pakde Wahyu. One day I would like to visit him in Jakarta and do little observation about that big city:)

Tuesday, November 21, 2006

Mama

5 November lalu mama berulangtahun ke 62. Saya sangat bersyukur untuk pertambahan usia mama. Mama pernah sakit parah. Mama mendapat serangan jantung di pertengahan tahun 1997. Saat itu saya berencana memijat mama karna mama merasa masuk angin. Tapi ternyata tiba-tiba kedua tangan mama membengkak dan berwarna biru lalu mama terkulai lemas. Segera saya mengubungi ambulans. Kebetulan anggota rumah lainnya sedang beraktivitas di luar malam itu. Syukur mama bisa sembuh sampai detik ini.
Mama, sosok yang sangat dekat sekaligus sangat jauh buat saya. Sejak kecil hubungan saya dengan mama sangat akrab. Saya selalu menceritakan apapun yang saya alami di sekolah dan apa yang saya alami bersama teman-teman sepermainan di lingkungan rumah. Kebiasaan itu tiba-tiba saja berhenti sejak saya memiliki pacar saat kuliah. Yah,hubungan kami mendadak jadi jauh. Penyebabnya adalah karna pacar saya waktu itu berbeda suku. Ketidaksukaan mama membuat saya benci dengan cara pemikiran mama yang masih memandang kesamaan suku adalah syarat mutlak untuk suatu hubungan. Saya mulai memberontak. Saya tidak pernah lagi menceritakan ke mama hal-hal penting yang saya alami. Rindu? Pasti. Apalagi jika melihat beberapa teman bisa dengan mesra menceritakan kepada ibu mereka tentang pacar mereka.
Tapi kemudian kejadian di tahun 1997 membuat saya terhenyak. Mama yang di mata saya sangatlah super (karna mama gak pernah kelihatan letih, selalu tough dan bisa dibilang galak) ternyata menjadi begitu lemah saat itu. Memeluk mama saat dia hampir kehilangan nyawanya merupakan saat yang sangat mencekam. Saya kemudian sangat memperhatikan mama. Hm,tapi bukan mama namanya kalau bersedia dimanja-manja. Setelah pengobatan selama setahun dan mama merasa kuat mulailah lagi mama mau muncul sebagai figur yang tough dan tidak boleh dibantah dalam berargumen.
Pantangnya mama dibantah adalah penyebab lain saya jarang bisa menceritakan sesuatu ke mama. Saya paling sering cepat naik tensi kalau harus mempertahankan pendapat saya di hadapan mama karna kita sering berbeda pendapat. Tapi ada satu hal memang yang selalu bisa membuat kita dekat kembali: selera yang sama. Untuk urusan belanja pasti mama akan memilih saya sebagai teman, karna dia selalu percaya dengan taste saya,haha.
Tapi tanpa disadari memang meskipun saya sering berbantah dengan mama justru sayalah sebenarnya yang paling banyak mendapat kesamaan sifat dengan mama. Sifat ngotot saya,sangat pasti itu dari mama. Keras (cenderung dibilang galak)..hm,itu juga saya dapat dari mama. Masih banyak sifat lain sebenarnya, tapi satu yang sangat jelas adalah bakat meng-organize suatu event. Mama sangat ahli menkoordinir dan membuat suatu acara. Makanya mama langganan jadi ketua panitia atau sie acara untuk kegiatan keluarga, sekolah dan gereja. Ternyata saya juga punya bakat seperti itu,hahaha.
Hal yang mama selalu tekankan buat kita anak-anaknya adalah harus kuat dalam iman, mendapat hasil yang terbaik untuk pendidikan, tidak lupa dengan adat istiadat dan menjaga hubungan baik dengan keluarga besar. Mama memang mencontohkan ini dengan baik buat kami sekeluarga, bahkan dalam keluarga besar. Tapi ini jugalah yang menjadi dinding pemisah antara hubungan saya dan mama. Fanatiknya mama dalam menekuni iman Kristennya dan setianya mama dalam urusan adat membuat mama lupa bahwa kasih Tuhan maha luas, tidak terbatas hanya untuk orang beriman kristen atau bersuku batak saja.
Tahun 2004, saat saya kuliah di Bergen, ketika itulah hubungan kami mendekat kembali. Jarak yang begitu jauh membuat kami rindu untuk menceritakan banyak hal. Tapi topik tentang hubungan saya dan pacar yang beriman Islam tidak pernah digubris mama. Ketika alm bang Gum pergi saya merasa hubungan kamipun makin dekat. Hal yang paling menggembirakan saat saya penelitian di Ambon. Suatu waktu saya absen menelepon rumah selama seminggu karna saya berkunjung ke kota Ihamahu di Saparua yang tidak ada sinyal. Lalu ketika saya menelepon rumah dan mama yang mengangkat telepon tiba-tiba mama langsung berteriak dan mengatakan, "mama kangen, lama sekali kamu gak nelepon". Wah,tak terbayangkan, hati saya melonjak bahagia mendengar kalimat itu dari mama.
Ah, banyak sekali cerita tentang mama. Begitu banyak teladan yang sudah dia beri. Merawat papa yang sudah sepuh dan sakit, mama sangatlah sabar. Tiap hari mama khusus bangun sangat pagi agar bisa menyiapkan makanan papa (yang banyak pantangannya karna sakit penyakitnya) juga makanan untuk di rumah. Lalu pergi mengajar. Rumah selalu rapih di tangan mama. Masakan yang mama olah selalu nikmat. Tapi memang sampai detik ini mama belum bisa menerima jika anaknya membantah dan punya pemikiran yang ekstrim berbeda dengan dia. Sayalah anaknya mama yang sering punya pilihan bersebrangan dengan mama.
Mama memang keras pada anak-anaknya. Tapi saya yakin itu semua karna rasa cintanya yang begitu mendalam. Didikan yang sudah mama peroleh dari ompung-ompung saya memanglah sulit untuk dikacaukan oleh pemikiran yang baru dan moderat. Buat mama konservatif dalam pemikiran adalah pilihannya. Saya memang tidak berharap mama banyak berubah, hanya ingin mama kelak bisa menerima jalan pilihan saya dan percaya bahwa anaknya sanggup menjalani semua dengan baik.

Saat di Bergen tiap mendengar Il Divo menyanyikan lagu "Mama" pasti saya ingat mama dan merasa rindu sekali.
Mama, semoga hubungan kita bisa semakin dekat. Dan saya benar-benar berharap you are happy with your life and my life. I love you so much, Mom! Again, happy bithday.

Mama, thank you for who I am
Thank you for all the things I'm not
Forgive me for the words unsaid
For the times I forgot
Mama remember all my life
You showed me love, you sacrificed
Think of those young and early days
How I've changed along the way
And I know you believed
And I know you had dreams
And I'm sorry it took all this time to see
That I am where I am because of your truth
And I miss you, I miss you

Mama forgive the times you cried
Forgive me for not making right
All of the storms I may have caused
And I've been wrong, Dry your eyes
Cause I know you believed
And I know you had dreams
And I'm sorry it took all this time to see
That I am where I am because of your truth
And I miss you, I miss you

Mama I hope this makes you smile
I hope you're happy with my life
At peace with every choice I made
How I've changed along the way
Cause I know you believed in all of my dreams
And I owe it all to you, Mama

Wednesday, November 01, 2006

Pertemuan kawin campur

Mailing list kawin campur terbentuk awalnya (2 Maret 2005) atas inisiatif Lia dan Adi, Nita, juga Arum dan pasangannya. Kemudian para insiator ini bertugas menjadi moderator milis yang kemudian ditambah Wahyu.
Pembentukan awal milis ini mendapat sambutan sangat hangat, terbukti dari jumlah individu yang mendaftar menjadi anggota. Ada lebih dari 100 orang. Saat ini tercatat 145 anggota. Angka yang sangat menggembirakan. Tujuan dari pembentukan milis ini pada dasarnya adalah sebagai wadah untuk pasangan beda agama yang akan menikah dan sedang menjalani rumah tangga. Kita menyadari betapa banyak kendala menghalang, maka dibutuhkan dukungan sesama yang mengalami kasus yang sama dan tentu saja untuk bisa saling sharing dan mencari jalan keluar untuk bisa tetap mempertahankan hubungan dan melanjutkan ke pernikahan secara legal.
Pernikahan beda agama di Indonesia tidak dipekerkanankan, dasar hukumnya adalah UU Perkawinan tahun 1974. Tapi kita tidak dapat menutup mata bahwa pernikahan beda agama tetap ada. Jumlah pasangan beda agama yang mendaftarkan penikahan mereka di Singapura dan Australi pun semakin marak. Kemudian muncullah beberapa lembaga yang simpati akan isu ini dan mencoba menolong para pasangan beda agama yang ingin melangsungkan pernikahan di Indonesia. ICRP, Wahid Institute, Paramadina dan Percik adalah sebagian nama lembaga yang bersedia membantu para pasangan beda agama, mulai dari konseling, mencarikan penghulu atau pendeta yang bersedia menikahkan, sampai mencatatkan pernikahan pada kantor catatan sipil.
Tapi tidak banyak pasangan beda agama yang tahu tentang informasi ini, sehingga tak sedikit mereka yang terpaksa mengganti data agama dalam kartu identitas mereka agar bisa menikah dengan pasangannya, atau malah terpaksa pindah agama. Sesungguhnya ini tidak perlu andai mereka tahu bahwa ada banyak pihak yang mau membantu, termasuk ahli agama dan petugas lembaga agama sekalipun.
Keinginan untuk menjembatani sharing dan diskusi dengan tema besar inilah dasar kuat tujuan milis kawin campur ini. Selama satu setengah tahun usia milis ini ada pasang surut alur diskusi. Banyak anggota yang memilih untuk pasif dan hanya bertanya jika mereka butuh informasi teknis, sesudah itu berhenti partisipasi. Tapi tidak mengapa, mungkin banyak yang masih sungkan.
Sudah lama ada keinginan untuk saling bertemu antar anggota milis supaya lebih kenal dan lebih akrab untuk bisa saling bicara. Akhirnya tgl 18 Oktober 2006 keinginan itu bisa terwujud. Memang hanya sedikit yang bisa hadir (13 orang), dan beberapa bahkan adalah simpatisan yang mendukung hak para pasangan beda agama.
Saya cantumkan di sini isi catatan pertemuan yang saya sampaikan melalui milis, siapa tahu juga bermanfaat buat yang lain. Dan siapa tahu malah makin banyak yang berminat untuk subscribe dan jadi anggota milis ini:) Kita berencana untuk mengadakan pertemuan rutin dengan berbagai tema kecil.
Saya pribadi tidak setuju negara ikut campur dalam urusan privat warga negara dalam urusan agamanya. Ini hak masing-masing pihak untuk memeluk agama apa atau bahkan memilih tidak beragama sekalipun. Dan adalah hak individu untuk memilih dengan siapa dia akan menikah, tak terbatas oleh suku, warganegara atau agama. Tugas negara melalui kantor catatan sipilnya hanyalah mencatat pernikahan tersebut, ini hak dari tiap warga negara.


Catatan hasil pertemuan 18 Oktober: 13 orang hadir dalam pertemuan ini menjadikan cerita dan sharing semarak dan menarik. Semua berbagi, semua mendapat banyak hal.
Kami ber-13 yang hadir adalah:
1. Dr. Martin Sinaga,
2-3. Alamsyah dan Fathuri (dari majalah Syir'ah yang memang menekankan isu pluralisme dalam rubrik2nya)
4. Wati (Muslim), datang sendiri krn pasangan (Protestan) sedang tugas ke luar kota.
5. Sutta (Buddha) menikah dengan penganut Hindu, juga datang sendiri.
6-7. Monica (Katolik) dan Salim (Muslim),
8-9. Putu Ayu Wulansari (Muslim, sebelumnya Hindu) dan Anggoro (Katolik),
10-11. Ayu (Muslim) dan Berthus (Katolik),
12-13. Stella (Protestan) dan Wahyu (Muslim).


Pertemuan berlangsung santai tapi sarat dengan cerita dan masukan. Diawali dengan kisah dan pergumulan masing-masing yang hadir. Ternyata dari cerita yang bergulir muncul kesimpulan bahwa pasangan berbeda agama mengalami kendala dalam tiga lapisan:
1. Orang tua dan keluarga.
Hampir tiap yang hadir merasakan kesulitan dalam menghadapi orang tua dan keluarga, terutama yang sangat aktif di komunitas agama. Salim mengalami kesulitan menyampaikan niatnya untuk menikah dengan pasangan beda agama karna sang ibu adalah salah satu pendiri Muhammadiyah di Jogjakarta. Akhirnya pendekatan pelan-pelan dilakukan lewat Bude (kakak tertua dari ayah) tapi tetap sikap ibu belum melunak.
Profesi orang tua sebagai salah satu anggota majelis gereja juga membuat proses pendekatan ke keluarga dan rencana membincangkan niat menikah dalam dua prosesi agama mengalami kendala. Ini dirasakan oleh Wati dan pasangannya.
Aktifnya seluruh anggota keluarga dalam aktivitas di gereja juga membuat proses pendekatan ke orang tua tersendat. Anggoro mengalami ini.
Penyakit yang diderita ibu, juga sikap ibu yang tidak menenggang perbedaan terutama dalam pernikahan anaknya, membuat saya lambat sekali melakukan persiapan proses pernikahan.
Namun, masukan dari teman-teman menunjukkan bahwa orang tua dan keluarga tetap bisa didekati dan banyak cara yang bisa dilakukan. Berthus dan Ayu, misalnya, mengumpulkan banyak buku sebagai referensi dalam berdiskusi dan meyakinkan orang tua. Mereka juga mencoba mencari dari keluarga (yang menikah beda agama) dan bisa menjadi contoh yang baik sebagai acuan. Alhasil meskipun orang tua Ayu sudah naik haji berkali-kali tetap mereka bisa menerima pernikahan anaknya.


2. Agama.Masih banyak lembaga agama yang tidak mau menikahkan pasangan beda agama. Atau ada juga beberapa lembaga yang bersedia menikahkan beda agama tapi dengan beberapa syarat. Bahkan tokoh agama banyak yang menganggap pernikahan beda agama adalah haram.
Berthus dan Ayu sudah menikah secara islam, tapi belum melaksanakan pernikahan secara katolik karna masih dalam proses mencari pastur yang bersedia membantu prosesi pernikahan. Anggoro pun yakin pastur di parokinya sangat konservatif dan tidak akan bersedia menikahi pasangan beda agama. Saya dan Wahyu pernah berniat menikah di salah satu GKI. Mereka sangat bersedia membantu. Tapi yang mengurungkan niat kami adalah adanya surat yang harus ditandatangani yaitu perjanjian bahwa jika ada anak-anak dari kami kelak harus menganut agama protestan.
Meskipun demikian tetap ada lembaga yang bersedia membantu. Ada ICRP (Indonesian Conference on Religion and Peace, www.icrp-online.org, email: konseling_nba@yahoo.com), Wahid Institute (www.wahidinstitute.org) dan Paramadina. Juga ada beberapa gereja yang bersedia menikahkan beda agama tanpa meminta syarat, misalnya GKJ di Salatiga (tempat Adi dan Lia menikah), dan beberapa gereja lain (mungkin teman-teman lain bisa menambahkan informasi tentang ini).
Wati mencoba belajar dan lebih mendalami sudut pandang agama Islam tentang pernikahan beda agama melalui Ibu Musda Mulia. Melalui ibu Musda banyak pemahaman lebih mendalam didapatkan oleh Wati tentang ini.


3. Negara/Institusi.
Sesungguhnya adalah kewajiban negara untuk mencatat pernikahan warga negaranya. Pernikahan pada dasarnya adalah pilihan hak pribadi dan adalah tugas negara untuk mewadahinya. Halangan mencatatkan pernikahan di catatan sipil membuat pasangan berbeda agama sering menempuh cara dengan melangsungkan pernikahan dengan satu prosesi saja dan mengganti identitas agama dari salah satu pasangan.
Kembali, lembaga-lembaga seperti ICRP, Wahid Institute dan Paramadina dapat membantu pasangan beda agama agar pernikahannya dapat dicatatkan dan sah tanpa harus ada yang mengubah identitas agama.
Melalui wawancara hukumonline (www.hukumonline.com) dengan Ibu Lies Soegondo (Ketua Konsorsium Catatan Sipil dan anggota Komnas Ham) ditegaskan bahwa saat ini sudah ada RUU Catatan Sipil yang mengatur administrasi kependudukan untuk tiap warga negara untuk menghapus diskriminasi. Draft dari RUU Catpil sudah siap dan saat ini sedang dibahas dalam Depdagri untuk dijadikan bagian dari RUU Administrasi Kependudukan.


* Dalam pertemuan, Alam dan Fathuri membagikan majalah Syir'ah terbitan Mei 2006 yang topik utamanya memaparkan pendidikan agama pasangan beda agama. Pendidikan agama anak pasangan beda agama memang menjadi isu tersendiri. Banyak orang tua yang sebenarnya ingin membiarkan anaknya memilih agamanya kelak saat ia dewasa, tapi peraturan negara meminta setiap warga negara sejak dilahirkan sudah mencantumkan agamanya di kartu keluarga. Sekolahpun meminta penjelasan tentang agama sang anak dengan alasan agar bisa mencantumkan di identitas anak dan bisa mengelompokkan untuk pelajaran agama. Ini yang dilematis karna pensyaratan pencatuman agama tetap diwajibkan untuk kartu identitas warga negara.

Melalui pertemuan ini kami menyepakati beberapa hal:
Membuat pertemuan rutin dengan tema yang berbeda bekerjasama dengan berbagai pihak, antara lain ICRP, Wahid, Syir'ah, Paramadina, dll. Pertemuan sangat penting agar bisa saling mendiskusikan berbagai topik dan juga membuat kelompok ini semakin kuat juga membantu jika ada pasangan yang membutuhkan bantuan berupa konseling dll. Hasil pertemuan diharapkan kelak bisa dipublikasikan sehingga semakin banyak orang yang memahami isu ini dari berbagai sudut pandang.
Mengaktifkan anggota milis ini agar mau urun rembuk dalam segala tema, tidak hanya seputar persoalan teknis dalam prosesi pernikahan tapi juga tema seputar persoalan hukum, pluralisme,dll yang masih berkaitan dengan pokok pernikahan beda agama.
Sutta berniat mengusulkan agar komunitas ini kelak bisa tampil dalam rubrik komunitas di Kompas Minggu agar lebih dikenal dan bisa mengundang semakin banyak anggota.
Memperkuat kelompok ini agar bisa mengusulkan banyak perubahan dalam hal undang-undang perkawinan.
Mengubah persepsi sosial dan menegaskan bahwa pernikahan beda agama adalah sah dan legitimate.
Mencoba melakukan polling survey mengenai sikap terhadap pernikahan beda agama, terhadap semua pihak tidak saja yang menikah beda agama.
Membuat database pasangan menikah beda agama.
Ada juga beberapa teman yg bahkan mengajak untuk bikin bisnis cafe bersama yang bisa mendatangkan untung dan cafe sekaligus bisa sebagai tempat untuk pertemuan, atau bahkan resepsi pernikahan teman2..boleh juga ide ini:)
Itulah sedikit rangkuman hasil pertemuan 13 kami yang hadir di plasa semanggi, 18 Oktober 2006. Sampai bertemu di rangkaian diskusi berikutnya. Jika ada teman-teman yang mau mengajukan tema untuk pertemuan selanjutnya, silahkan. Milis inipun siap menampung berbagai diskusi.


Ada satu persamaan mendasar dari tiap pasangan yang hadir dalam pertemuan tersebut, yaitu sifat yang keukeuh/ngotot. Memang, untuk memperjuangkan satu hal yang kita yakini benar haruslah keukeuh.

akses, akses dan akses

Dr M Yunus, ekonom Banglades, yang menerima hadiah nobel perdamaian (13 Oktober 2006)benar-benar membuktikan bahwa orang miskin dari kelompok paling papa sekalipun berhak untuk keluar dari kemiskinan mereka. Yunus memulai program pemberantasan kemiskinan di Banglades pada tahun 1974. Yunus memberian kredit mikro tanpa agunan untuk kaum papa yang tidak dapat mengakses pinjaman bank. Melalui programnya, jutaan orang miskin di Banglades bisa terbebas dari isapan lintah darat dan tengkulak.
Untuk Hadiah Nobel Perdamaian 2006, Komite Nobel Norwegia memutuskan pemberian kemenangan pada figur dan badan, yang tidak bicara secara eksplisit soal perdamaian tetapi yang menata salah satu pilar terpenting perdamaian, yakni pemberantasan kemiskinan. Komite menegaskan bahwa perdamaian yang langgeng tak akan bisa diraih jika sebagian besar warga tidak menemukan jalan untuk keluar dari jeratan kemiskinan. Kredit mikro adalah salah satu cara untuk mewujudkan hal itu.
Sesungguhnya Yunus memberikan akses bagi para kaum papa. Dengan kredit mikro yang mereka peroleh dari Grameen bank, mereka mendapat modal untuk memulai usaha dan keluar dari himpitan kemiskinan. Yunus sangat yakin bahwa jika orang miskin diberi akses kredit seperti yang diberikan kepada orang kaya, mereka pasti bisa mengelolanya dengan baik. "Berikan kredit kepada orang miskin, mereka akan bisa mengurus dirinya," katanya. Keyakinan Yunus tidak meleset. Program kredit mikro yang digulirkannya terus berkembang. Jutaan orang miskin pun bisa keluar dari jerat lintah darat setelah diberi kredit mikro.
Program ini menjadi semacam gugatan Yunus terhadap ketidakadilan dunia terhadap kaum miskin. "Mengapa lembaga keuangan selalu menolak orang miskin? Mengapa informasi teknologi menjadi hak eksklusif orang kaya," tuturnya.
Keuletan perjuangan yang ia lakukan sejak 1974 membela kaum miskin terutama perempuan berbuah sangat baik. Grameen bank kini mampu menyalurkan kredit puluhan juta dollar AS per bulan kepada 6,6 juta warga miskin yang menjadi peminjamnya. Sebanyak 96 persen nasabah bank ini adalah kaum perempuan.
Harapan banyak pihak tentu akan semakin banyak lembaga yang mengadopsi program kredit mikro ini dan konsisten membantu para kaum papa.
(dari berbagai sumber)

Tuesday, October 10, 2006

Ada di mana negara? Ada di mana kita?

Tiap hari ada jutaan cerita sedih terjadi di sekitar kita. Tidak percaya? Cobalah berjalan keluar rumah, atau baca/simak/tontonlah berita di media massa, pasti beruntun cerita sedih akan menjadi santapan harian kita.
Anak-anak usia sekolah di Talang Mamak (daerah pedalaman di Riau) tak bisa mengenal apa itu membaca dan menulis karna hanya ada satu guru di sana yang bersedia mengajar mereka. Ini kutipan dari berita tentang mereka di Kompas (29 Sept 2006): "Fasilitas belajar-mengajar khusus bagi anak-anak suku Talang Mamak di Riau hingga kini belum terpenuhi. Beberapa sekolah swadaya masyarakat setempat dan bantuan swasta tidak dapat bertahan karena kekurangan biaya dan ketiadaan guru. Akibatnya, anak-anak suku Talang Mamak, terutama di Kecamatan Batang Gansal dan Batang Cenaku, Kabupaten Indragiri Hulu, belum terbebas dari buta huruf." Lalu di mana bukti dari ucapan dalam butir undang-undang nasional kita yang mengatakan tiap anak Indonesia berhak atas pendidikan dasar sampai dengan usia 15 tahun?
Kisah getir lain ada di sekolah-sekolah gugusan kepulauan Talaud. Para murid kekurangan buku paket pelajaran. Di pulau itu tidak ada toko buku, para guru harus mengupayakannya di kota besar seperti Manado atau Tahuna. Butuh waktu khusus setidaknya dua minggu perjalanan untuk pulang-pergi ke pulau lain, mengingat kapal yang berlabuh di dermaga Miangas hanya seminggu sekali, dan ketika ingin kembali ke Miangas mereka harus menunggu kembali kapal yang akan berangkat. Terpaksa sebuah buku dipakai oleh 3-5 orang murid. Jumlah gurupun sangat minim...
Cerita dari kepulauan Aru (Maluku) tak kalah pedih. Jumlah tenaga kesehatan sangat kurang. Saat ini di sana hanya ada satu puskesmas rawat inap, tujuh puskesmas, serta 24 puskesmas pembantu. Ada delapan dokter umum dan seorang dokter gigi, serta 167 paramedis. Mereka harus melayani sekitar 65.000 penduduk yang tersebar di 89 pulau dari 187 pulau yang ada (Kompas,27 Mei 2006).
Menurut laporan Unicef jumlah anak balita penderita gizi buruk melonjak dari 1,8 juta (tahun 2005) menjadi 2,3 juta (2006). Banyak keluarga miskin yang tidak tersentuh pelayanan posyandu dan tidak punya cukup uang untuk meli makanan yang bergizi. Saat ini semakin banyak keluarga miskin yang hanya mengonsumsi gaplek karna tidak sanggup membeli beras. Bahkan di tayangan berita TV beberapa waktu lalu ditunjukkan bahwa beberapa nenek-nenek menadah butiran-butiran beras yang jatuh dari pengangkut beras di pasar induk Cipinang. Mereka menyapu beras-beras yang berjatuhan di jalan, lalu dengan telaten membersihkannya, memasaknya dan makan dari beras yang jumlahnya sedikit itu...
Korban muntaber di beberapa desa di NTT meningkat karna tidak ada sarana air bersih (bahkan sudah 75 orang meninggal dunia).

Beberapa waktu lalu kita dikejutkan oleh berita seorang pemulung yang melahirkan di bawah pohon karna dia tidak punya dana untuk melahirkan dengan pelayanan bidan atau rumah sakit.
Banyak, ada banyak sekali cerita sedih di sekitar kita. Lalu ada di mana sebenarnya negara, apa yang sudah negara lakukan untuk mengatasi persoalan yang mengakibatkan kisah memilukan ini? Ada di mana kita?

Tuesday, September 26, 2006

Semoga pengadilan berjalan adil..

Beberapa hari terakhir ini mungkin anda kerap melihat pemberitaan tentang kasus pembunuhan terhadap Naek Gomgom Hutagalung. Naek ini anak amangtua (pakde) saya. Sayapun sebenarnya kaget saat tahu kasus yang menimpa sepupu saya ini. Tak terbayangkan rasa sedih dan kehilangan yang harus ditanggung amangtua sekeluarga. Pasti perih. Apalagi persidangan atas kasus ini panjang sekali dan melelahkan. Tertuduhnya adalah Lidya Pratiwi (pemain sinetron baru) dan keluarganya--ibu dan pamannya, ditambah satu orang (yang bekerja sebagai satpam di sebuah perusahaan).

Saya tahu memang ada asas praduga tak bersalah, tapi saya pribadi geram sekali melihat betapa tim pengacara Lidya berusaha terus meminta rasa simpati dari masyarakat lewat informasi-informasi yang ditayangkan melalui acara infotainment. Sosok dia yang menangislah ditayangkan, rasa ibanya, dll. Memuakkan. Kami sekeluarga selalu berang setiap kali melihat wajah si Lidya dan pengacaranya Hotma Paris Sitompul muncul di TV.

Naek dibunuh bulan April 2006. Dia bintang iklan dan juga pengusaha muda. Rupanya dia berteman dengan orang yang salah, si Lidya ini. Pada hari nahas itu Lidya menelpon Naek untuk bertemu di sebuah restoran dengan alasan ingin meminjam uang. Tapi ternyata bukan meminjam uang yang terjadi malah dia dirampok dan dibunuh. Detail pembunuhannya tidak bisa saya ceritakan di sini karna sangat sadis..

Harapan kami keluarganya hanyalah satu: agar pengadilan benar-benar bisa berjalan dengan adil. Ini saja sebenarnya tidak akan bisa menghapus rasa kehilangan yang amat sangat, tapi dengan pelakunya dikenai hukuman bisa sedikit membuktikan bahwa memang masih ada keadilan di negeri ini. Semoga..

Thursday, September 21, 2006

Tak ada tempat untuk menyepi





Dulu sewaktu di Bergen (Norway) saya senang sekali berjalan ke danau di dekat tempat tinggal, duduk di tepinya dan menikmati pemandangan sekeliling yang memesona. Melihat para bebek cantik yang begitu bahagia berenang di danau dan sebagian mengeringkan badannya di rerumputan yang terbentang luas. Indah dan menyejukkan hati. Saat ini saya rindu sekali untuk bisa berkunjung ke sana. Untuk kembali punya tempat menyepi yang indah..punya teman para bebeks yang selalu siap menemani saat senang atau sedih. Berkunjung ke danau dan bercerita pada para bebeks yang selalu riang dan selalu siap meringankan rasa suntuk yang ada di benak saya, terutama saat tidak ada seorangpun yang sedang bersedia untuk diajak bicara, untuk diajak mengerti..

Monday, September 11, 2006

Hidup ini untuk mengingat dan diingat

Kamis dua pekan lalu saat perayaan ulang tahun gereja tempat saya menjadi anggota jemaat, GKPI (Gereja Kristen Protestan Indonesia), yang ke 48, Pdt Patut Sipahutar mengangkat bacaan dari Matius 28:28b (bunyinya: “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai pada akhir zaman”) dalam kotbahnya dan menekankan pentingnya kita mengingat.

Pdt Patut mengawali dengan mengatakan betapa hidup kita ini akan terasa sepi, kosong dan sia-sia jika tidak ada orang yang mengingat kita dan yang kita ingat. Bayangkan jika kita tidak memiliki teman dan keluarga untuk berbagi rasa, pastilah rasa kesendirian selalu merongrong dari hari ke hari dan kita merasa apa yang kita lakukan tidak ada manfaatnya karna tidak ada tempat berbagi.

Mengingat orang-orang yang kita kasihi adalah hal utama. Biasanya kita baru melakukan ini saat kita berada jauh secara fisik. Sewaktu kita masih tinggal bersama dalam satu rumah atau satu kota atau satu negeri kadang kita taken for granted (kurang menghargai) keberadaan mereka. Padahal pasti setiap orang sangat senang jika diingat, terlebih oleh orang yang dekat dengan mereka.

Mengingat orang yang kita sayang tidak memerlukan biaya yang besar. Ada banyak cara sederhana untuk melakukannya, bisa dengan menelepon, mengirim kartu/email/ surat/kado, berkunjung ke kantor/rumah, melakukan aktivitas bersama, membawakan mereka dalam doa, dll.

Anggota keluarga atau teman/kerabat kita yang telah meninggalpun pasti kerap muncul dalam ingatan kita. Kita terus membawa mereka dalam kenangan kita. Dan ini wajar sekali. Seperti halnya papa jika kangen sama alm bang Gum pasti akan memainkan lagu-lagu lewat pianonya yang bisa membawanya pada kenangan akan bang Gum atau mengunjungi Gita (anaknya bang Gum). Sedangkan mama yang dulunya lebih sering menangis saat mengingat bang Gum saat ini lebih banyak berbicara dengan bang Gum lewat doa.

Tuhan juga meminta hal sederhana ini pada kita, yakni agar kita selalu mengingat Dia. Mengingat akan janjiNya bahwa Dia akan menyertai kita senantiasa sampai pada akhir zaman—mengingat pada Allah yang berjanji. Pengetahuan kita tentang Tuhan bisa saja terbatas, tapi Tuhan hanya menuntut kita untuk mengenal dan mengingat Dia senantiasa.
Kita biasanya lebih mengutamakan berkat dari Tuhan daripada Tuhan sendiri. Padahal berkat Tuhan yang utama adalah janji yang Tuhan berikan kepada kita. Allah yang berjanji mampu dan setia menempati janjiNya. Kita dilatih untuk beriman seperti Abraham—mengingat akan janji Allah.
Tuhan sudah memberikan kehidupan besar buat kita, dan Tuhan hanya meminta hal sederhana agar kita selalu mengingat Dia dan janjiNya. Semoga kita tidak pernah lupa pada Tuhan dalam susah dan senang, di setiap hembusan nafas kita.

Friday, September 08, 2006

Bersih-bersih

Beberapa hari ini saya menyempatkan sela-sela waktu untuk membersihkan lemari buku di kamar. Ini harus dilakukan karna ada banyak sekali buku-buku referensi saat kuliah di Bergen dan referensi penulisan tesis yang menunggu untuk disusun dalam lemari tersebut. Ah, ternyata cukup menyita waktu juga tugas ini. Maklum, sudah 3 tahun ini saya belum menyortir ulang isi rak buku.
Untuk bisa memasukkan buku-buku seberat lebih dari 50 kg yang masih ada di dalam kardus berarti saya pun harus membuang catatan, kertas dan buku-buku sebanyak itu juga. Tugas bersih-bersihpun dimulai:)

Hal pertama yang harus saya miliki sewaktu bersih-bersih ini adalah rasa tega, maksudnya tega untuk membuang yang sudah tidak relevan untuk disimpan. Hobi saya mengumpulkan segala sesuatu--seperti poster acara seni, majalah lama, tissue dari kafe dan restoran, booklet festival film, kartu undangan pernikahan teman atau keluarga (tadinya ini dimaksud untuk jadi contoh kartu undangan pernikahanku kelak,hehe), buku acara pernikahan dari berbagai acara pernikahan (inipun dengan alasan yang sama), buku acara natal, paskah, dll (nah kalau ini untuk referensi jika menyusun acara serupa, maklum selama bertahun-tahun saya aktif sekali jadi berbagai panitia di gereja), dan masih banyak lagi—membuat isi lemari bukupun makin membludak. Nah, mereka-mereka inilah yang pertama disortir dan dibuang.
Isi lemaripun sangat banyak karna dipenuhi buku-buku sewaktu kursus. Sejak SMA saya senang sekali kursus—bahasa Inggris, Jepang, Thailand dan kursus filsafat. Buku-buku inipun harus disortir karna banyak yang sudah tidak diperlukan lagi sekarang. Buku-buku ini tetap dimasukkan dalam kardus terpisah, siapa tahu nanti bisa disumbangkan ke pihak yang berminat.

Pekerjaan yang pernah saya tekuni dari beberapa tempat juga menyumbang isi lemari buku. Sewaktu di bank Niaga karna saya menjalani program training (management trainee) maka saya memiliki setumpuk modul pendidikan dasar bank meliputi berbagai topik. Buku-buku mengenai kebudayaan dan pendidikan di Thailand banyak saya miliki karna sempat b ekerja di Kedutaan Thailand. Berbagai referensi mengenai agama pelan-pelan juga mulai memenuhi lemari buku saat saya bekerja di Asia Foundation. Ada cukup banyak buku dari kumpulan ini yang juga harus disortir.

Tahap bersih-bersih ini memang belum sepenuhnya selesai, tapi hasilnya sudah bisa terlihat: cukup banyak ruang kosong yang bisa digunakan untuk menampung para buku 50 kg. Lega sekali. Ternyata kegiatan bersih-bersih ini juga menyenangkan karna saya bisa menemukan beberapa hal yang sudah lama tak terlihat, misalnya ada foto-foto beberapa tahun lalu saat saya masih sangat kurus (paling tidak ada bukti bahwa saya pernah kurus,hehe), surat baptis yang sempat dikira sudah hilang, kartu-kartu dari teman-teman, dan yang membuat saya senang sekaligus terharu adalah di antara tumpukan dokumen dan buku-buku itu ada tulisan alm bang Gum yang saat itu membantu saya menerjemahkan CV pertama saya.

Bersih-bersih ternyata juga membuat saya lebih bersemangat karna tumpukan debu serta-merta berkurang. Ini berarti saya harus rutin melakukan bersih-bersih dan penyortiran terhadap isi lemari buku saya. Semoga jadi rencana yang ditepati:)

Tuesday, August 22, 2006

Makan di tempat bersih dan rehat yang cukup yuk!

Wah..beberapa hari ini karna saya dapat kabar tentang teman-teman yang sakit jadilah saya berpikir ulang tentang indahnya hidup sehat. Saya termasuk orang yang penyakitan. Prof.dr. Markum (dokter langganan saya untuk penyakit dalam) sudah sangat maklum kalau saya berkunjung atau harus dirawat di rumah sakit. Herannya, selama studi di Norway kok saya gak pernah sakit bagian dalam ya? dr.Markum memang sudah sering bilang, kalau mau sehat harus ubah pola hidup. Salah satunya dalam mencari tempat makan dan mengalokasi waktu beristirahat.
Tahun 2003 saya sempat dirawat karna kena hepatitis A. Ternyata setelah ditelusuri penyebabnya adalah karna saya makan soto di warung yang berdekatan dengan para penjual burung. Jadi, bisa saja yang kotor-kotor dari warung burung itu tergabung dalam adonan soto (waduhhh!). dr.Markum bilang kalau cari tempat makan harus cermat. Jangan makan di warung yang proses cuci piringnya hanya dalam satu ember berisi air untuk mencuci semua piring dan gelas. Ini yang bisa menyebabkan penularan kuman penyakit. Sebaiknya proses cuci piringnya lewat kran air yang mengalir. Jangan juga makan di warung-warung dekat penjual burung, dekat got, dekat bak sampah.
Memang setelah sembuh dari penyakit itu saya menjadi orang yang sangat pemilih. Saya berusaha menghindari warung-warung pinggir jalan walau memang kadang kangen juga. Banyak teman yang mengira saya pilih-pilih karna gengsi. Padahal tidak. Ini semata karna demi kesehatan. Penderitaan saat sakit--mual, demam tinggi, lemas--yang kerap membuat diri ini harus selalu coba berdisiplin.
Hal lain, kata dr. Markum, yang kerap membuat kita gampang jatuh sakit karna tidak disiplin mengalokasikan waktu untuk istirahat. Memang terdengar mudah, tapi ternyata sulit menjalaninya terutama jika kita sedang dibebani banyak tanggungjawab yang harus diselesaikan. Maka istirahatpun menjadi semakin minim. Padahal istirahat itu paling enak lho, terutama kalau bisa rehat sambil mendengar musik yang lembut. Cepat sembuh ya buat teman-teman yang sedang sakit.

Berhentilah merokok

Beberapa hari lalu ada kabar bahwa seorang teman terkena serangan jantung koroner. Kaget. Dia masih sangat muda, 33 tahun. Rupanya ini penyakit yang juga diderita alm kakek dan alm ayahnya. Tapi apa memang hanya itu penyebabnya lantas dia terkena serangan jantung ini?Rupanya tidak. Ada penyebab lainnya: rokok. Teman ini memang perokok berat.
Saya terus terang benci dengan rokok. Bagaimana tidak, banyak anggota keluarga dan kerabat menderita sakit dan penyebab utamanya adalah rokok. Memang rokok tidak secara serta-merta membunuh si penikmat, tapi dia merusak tiap organ tubuh secara kontiniu. Kalau tidak percaya, ini ada salah satu info dari sekian juta informasi tentang bahaya rokok bagi kesehatan, coba klik di: health effects of smoking.
Papa saya termasuk perokok berat. Dia mulai merokok sejak tingkat sekolah menengah pertama. Lalu aktivitas merokoknya semakin menjadi saat kuliah dan mulai mengajar. Alasan papa sih karna beliau penulis dan pengajar jadi sang rokok dibutuhkan untuk mengeluarkan inspirasi-inspirasi dan memberi ketenangan batin. Begitukah? Syukurlah di tahun 1977 saat kita di Penang, Malaysia, papa pelan-pelan berhenti merokok dan berhasil berhenti total tak lama kemudian. Mau tahu apa yang menyebabkan papa berhenti merokok? Ternyata papa malu dengan teman-temannya di sana yang bebas rokok dan kerap menceramahi papa tentang bahaya rokok. Tapi sayangnya selama bertahun-tahun racun-racun rokok sudah banyak yang mendekam di tubuh papa dan terutama merusak kondisi ginjal papa.
Mama juga perokok. Bedanya, papa berhenti merokok saat di Penang, sedangkan mama justru mengenal dan menjadi penggemar rokok saat di Penang. Ini karna pertemanan juga rupanya. Saat di Penang mama aktif di kegiatan dharma wanita dan ibu-ibu konsulat Indonesia. Hampir semua teman-temannya perokok. Maka mama berhasil tergoda. Yang membuat mama belajar berhenti merokok karna di tahun 1997 mama terkena serangan jantung--ada penyempitan pembuluh darah di jantungnya. Dokter benar-benar memberi ultimatum bahwa mama harus berhenti merokok.
Saya tahu pasti berat buat seseorang yang sudah menjiwai rokok jika harus berhenti. Bahkan saat sempat suntuk di Bergen saya juga terpikir untuk melampiaskannya lewat merokok. Tapi syukurlah niat itu tidak terwujud karna harga sebungkus rokok mahal sekali di sana:) Lagi pula saya sudah kadung membenci rokok.
Walau sulit untuk berhenti merokok, tapi saya yakin pasti bisa. Jangan tunggu sampai terserang penyakit lalu kemudian menyesal tak putus. Kelompok pertemanan yang bebas rokok pasti bisa membantu mengubah kebiasaan ini pelan-pelan. Saya juga senang jika ruang bagi perokok semakin dipersempit, jangan biarkan mereka merokok di tempat-tempat publik. Berhentilah sekarang dan jangan pernah mencoba lagi. Stop smoking now!

Tuesday, August 15, 2006

Adaptasi

Kembali berada di Jakarta sejak Sabtu (12 Agustus) lalu. Hal pertama yang harus dijalani: beradaptasi. Begitu menjejakkan kaki di bandara Soekarno-Hatta yang maha luas itu langsung harus beradaptasi dengan lambannya petugas imigrasi memeriksa paspor...wah, antrinya maha panjang dan berhasil membuat semua penumpang yang ingin bergegas keluar dari bandara terhalang oleh proses yang lambat. Hal lain, kita juga harus beradaptasi dengan fasilitas bandara yang sangat seadanya. Kondisi toilet bandara besar ini sangatlah mengenaskan. Jorok dan jorok. Kalau mau memakai istilah bahasa Batak, maka pantaslah si bandara ini disebut "bolon", artinya: hanya besar saja tapi tak ada secuilpun keindahannya.
Adaptasi lain yang sulit pastilah soal waktu. Perbedaan waktu 5 jam antara Indonesia bagian barat dan Norway membuat badan ini juga harus pelan-pelan mengubah ritme sehari-hari. Jam tidur, makan dan beraktivitas harus segera disesuaikan dan ternyata butuh proses beberapa hari.
Sampai hari ini saya belum berani berpergian. Belum sanggup rasanya menghadapi kenyataan bahwa situasi jalan raya ruwet sekali. Nah, ini pastinya juga butuh proses adaptasi. Berada di kota Jakarta dengan jumlah penduduk yang hampir 12 juta dan berada di kota Bergen dengan jumlah penduduk hanya 400,000 orang pastilah sangat berbeda kondisi jalan rayanya.
Badan ini juga butuh adaptasi dalam hal makanan. Saya termasuk gampang terkena thypus, jadi harus hati-hati dalam memilih makanan. Kalau soal harga barang sih akan mudah beradaptasi karna harga-harga di sini jauh lebih murah daripada di Norway. Ini yang bikin hati lebih senang:)
Tapi ada hal lain yang butuh proses adaptasi juga, yaitu menerima kenyataan bahwa akses internet di sini (terutama lewat telkomnet) sangatlah lambat. Wah, beda bumi dan langitlah dengan akses internet saat di Bergen yang kecepatannya sangat ruarrr biasa. Sekarang tidak gampang untuk meng-upload foto dan memposting cerita, misalnya. Tapi apa boleh buat, harus menerima fakta dan mencoba beradaptasi.
Dosen pembimbingku, Pak Olaf, selalu bilang indahnya berpindah-pindah lokasi adalah dalam proses beradaptasi. "That's the joy of being anthropologist! You have to learn how to adjust and follow the rhythm."

Wednesday, August 09, 2006

Memilah-milah

Hari ini saya mulai melakukan final packing. Wah, ternyata melelahkan juga. Hal yang membuat lelah adalah bagian memilah-milah. Maklum, setelah program dua tahun pendidikan di Bergen kok rasanya bertumpuk-tumpuk barang berkumpul di kamar ini.
Buku-buku memang sudah lebih dulu dikirim dua pekan lalu. Tapi dengan jatah hanya 40 kg sangatlah minim untuk mengirim begitu banyak buku yang sudah sempat dibawa-bawa dari Jakarta dan Ambon juga buku-buku wajib yang didapat dari kampus. Masih ada cukup banyak buku dan bahan fotocopy yang harus dibawa serta saat pulang nanti. Pusing. Sempat terpikir betapa asiknya kalau setiap buku ada versi elektroniknya pastilah tidak perlu repot menggotong-gotong buku ke sana ke mari.
Selain buku, yang harus dipilah-pilah juga baju, pernak-pernik kamar dan dapur, kado dari teman-teman, dan banyak lagi. Harus bisa memilah mana yang harus di bawa, mana yang masih layak diwariskan ke mahasiswa baru, mana yang tak perlu dibawa pulang karna akan lebih murah membelinya di Jakarta dan mana yang harus dibuang. Pengennya sih bisa membawa semua barang-barang ini pulang ke Jakarta, masukkan mereka semua ke tas besar bereslah urusan. Tapi kan itu tidak mungkin karna pesawat hanya memberi jatah 20-30 kg untuk tiap penumpang.

Urusan memilah-milah juga sering kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Kadang kita pengen memikirkan begitu banyak hal padahal kapasitas diri kita terbatas. Kalau mengikuti cakapnya orang Medan pasti mereka akan bilang, "pecahlah kepala kau nanti kalau semua urusan dunia ini mau kau pikirkan". Tepat sekali. Padahal kita harus bisa memilah-milah mana yang jadi skala prioritas paling atas dan mana yang paling bawah atau bahkan tidak layak untuk dipikirkan atau dipusingkan.
Selamat memilah-milah:)

Monday, August 07, 2006

Panas, harus bersyukur:)

Sudah beberapa pekan ini sejak masuk musim summer di Norway..duhh, panasnya gak tertahankan. Serius! Terik minta ampun, bahkan sampai malam datangpun kok rasa panas gak hilang juga ya..sulit tidur jadinya. Makin terasa panas karna kamar di Fantoft tidak menyediakan fentilasi yang cukup, jendela hanya satu dan itupun hanya bisa dibuka sedikit sekali. Ada teman becanda bilang, "rasanya orang Norway bangun dan mendesain rumah mereka saat musim dingin, makanya tidak bisa membayangkan bagaimana konsep rumah yang nyaman jika musim panas tiba". Hm..benar juga ya:)
Beberapa hari belakangan bahkan panas terasa makin ganas...sampai-sampai kalau jalan keluar mau pingsan rasanya,hehe. Kok makin mirip kota Ambon ya dalam hal panas terik?:)
Tapi banyak komentar positif yang mengingatkan untuk bersyukur. Iya, bersyukur karna akhirnya bisa melihat sinar matahari. Betul. Saya jadi ingat saat winter di sini yang gelap-gulita dan sinar matahari hanya muncul sekitar satu jam dalam sehari. Bayangkan betapa gelapnya! Nah, saat itu kita di sini juga sibuk berharap agar sinar matahari lekas muncul dan kita dikeluarkan dari dunia kegelapan,hahaha. Setelah lama menunggu sejak akhir Oktober sampai awal Februari (saat musim winter) barulah sinar matahari pelan-pelan muncul di Norway. Bulan April, saat musim semi datang, sinar matahari mulai lebih rutin dan agak lama menyinari Norway. Nah, mulai bulan Juni barulah si matahari benar-benar tak mau lepas...hampir 24 jam non stop berkunjung. Yah, kalau mau dipikir-pikir memang harus bersyukur..sang matahari yang sudah lama dinanti akhirnya berkenan hadir di sini:)
Jika sudah mencoba berpikir positif seperti ini akhirnya tidak bisa protes lagi dengan rasa panas yang menyengat. Just enjoy the summer, enjoy the sun! Harus selalu bersyukur, karna nanti toh jika kembali bisa merasakan winter kita jadi bisa mensyukuri betapa nikmatnya dianugerahi musim dingin meskipun di Norway ini saat winter dinginnya terasa sampai ke tulang sumsum:)
Nikmat juga bisa menjalani hari-hari di negeri unik tetangganya kutub utara ini. Semua serba ekstrim--musim semi yang bisa secara serta merta memunculkan putik-putik bunga warna-warni dan anak-anak daun hijau muda segar, musim panas yang terik, musim gugur yang mengubah semua daun menjadi berwarna maroon dan tak lama kemudian berguguran, lalu musim dingin yang tak membiarkan satupun pohonpun memiliki daun. I'm so glad to feel the four seasons in Norway.

If I were a painter..

Saat sedang stress sempat terbersit pengen belajar melukis. Sepertinya asik. Siapa tahu bisa menyalurkan stress ke hal yang lebih indah--lukisan karya sendiri:)
Sampai detik inipun masih pengen belajar melukis. Apalagi sejak tinggal di Bergen,Norway yang cantik dan indah ini rasanya akan makin nikmat kalau bisa melukis. Pagi atau sore hari duduk di tepi danau yang cantik misalnya, sambil melukis..ah,must be wonderful! Sayangnya sampai detik menjelang mau pulang ke Jakarta tetap belum sempat belajar melukis:)
Semoga nanti jika sudah sampai di Jakarta masih punya waktu untuk mencoba menekuni seni ini. Walau saya juga gak cukup yakin punya bakat melukis (haha) karna sejak kecil gak menunjukkan tanda-tanda bisa melukis--paling banter hanya bisa melukis awan, matahari, bebek (binatang kedua favorit setelah anjing), dan rumah...itupun simple banget.
But really..i want to learn how to paint..one day:)

If I were a painter
-Norah Jones-
If I were a painter
I would paint my reverie
If that's the only way for you to be with me

We'd be there together
Just like we used to be
Underneath the swirling skies for all to see

And I'm dreaming of a place
Where I could see your face
And I think my brush would take me there
But only...

If I were a painter
And could paint a memory
I'd climb inside the swirling skies to be with you
I'd climb inside the skies to be with you

Saturday, August 05, 2006

Fantoft Studentbolig

Studentbolig artinya apartment atau asrama mahasiswa. Melihat keterbatasan fasilitas yang ada di Fantoft ini rasanya gak cocok untuk menyandang gelar sebagai apartment:)
Awal saya tiba di Bergen dan tinggal di
Fantoft, 4 Agustus 2004, rasanya pengen langsung pulang ke Jakarta begitu melihat kamarku. Aduhhh, kamarnya aneh banget--kecil, perabotannya terlihat kuno dan dari kayu seadanya dan kok yah..mirip penjara ya dari luar,haha. Tapi rasa tak suka itu hanya singgah amat sebentar. Setelah pelan-pelan menata dan membeli beberapa perabotan untuk kamar,dapur dan kamar mandi, kamarku makin berasa nyaman. Dan yang paling penting rasa betah ini makin mendominasi setelah bertemu dengan banyak teman. Bayangkan, ratusan mahasiswa internasional numplek di sini dari berbagai penjuru dunia!
Melalui pertemanan indah inilah saya belajar banyak sekali hal. Di sini awalnya saya belajar masak,haha. Memang sebagai penikmat makanan selama ini tugasku di rumah biasanya hanya jadi tukang cicip. Mama selalu minta saya mencicipi dulu masakannya untuk tahu sudah pas atau belum semua bumbunya. Nah, berarti memang saya sudah punya bakat memasak kan?:) Namun rupanya baru di Fantoft ini saya berani masak setelah banyak berlatih dan mengamati teman-teman memasak tentu saja. Ternyata banyak menu yang bisa dimasak secara sederhana. Kita hanya dituntut untuk mau sejenak singgah di dapur, mengiris-iris bawang dan lain-lain lalu mengolah semuanya menjadi makanan layak makan:)
Melalui pertemanan dari berbagai negara ini juga saya belajar tentang kebiasaan, adat, kondisi politik dari tempat masing-masing. Saya otomatis juga menceritakan banyak ragam tentang Indonesia.
Banyak pengalaman yang kita jalani bersama. Banyak pula polah laku teman-teman yang semuanya membuat kita semakin dekat. Ada Ghefari,teman dari Sudan yang selalu bilang kelak he will become the next Sudanese president:) (Hey Ghef, gud luck for the process to become the president ya..!). Beberapa teman dari Cina yang sempat bertanya, "will we be safe if we go to Indonesia?" karna membaca banyak artikel tentang konflik tahun 1998 dan tentang etnisTionghoa yang mengalami banyak diskriminasi di Indonesia. Cerita tentang Kyrgisthan selalu kita bisa dengar lewat penuturan Maks. Belum lagi teman-teman dari berbagai wilayah di Afrika. Saya jadi lebih mengenal detail tiap wilayah. Teman-teman dari Nepal yang selalu menyanyikan lagu "Kathmandu sahara" makin membuat hati ini tertarik kelak untuk menginjakkan kaki di kota Kathmandu. Kebiasaan teman-teman India menggelengkan kepala jika bilang "iya" dan sering bikin orang bingung karna dikira mereka bilang "tidak",hehe. Ditambah paparan foto-foto Maldives yang cantik, dan cerita-cerita dari teman-teman di belahan Eropa lainnya termasuk teman-teman yang asli orang Norway. Semuanya menjadi lengkap.
Beberapa hari lagi saya akan meninggalkan kota ini dan tentu saja meninggalkan kamar saya di Fantoft. Ada rasa berat tapi juga senang. Berat karna di sinilah saya banyak menghabiskan waktu bersama teman-teman saat susah dan senang, saat stres dan santai, saat terima uang saku dan saat kehabisan uang lalu perlu ngirit abis2an, saat normal dan gila,haha. Senang karna saya mempunyai banyak pengalaman yang memperkaya jiwa saya. See you again Fantoft and my beloved friends from all over the world.

A sharing from a friend

These past three weeks violence has hit Lebanon and many innocent people died. It is a long ongoing conflict indeed between Hezbollah's armed wing and the Israel Defense Forces (IDF). Both Israel and Hezbollah have to stop this brutal conflict. No one of use dare to see the continuous killing of civilians in Lebanon, Israel and the occupied Palestinan territory.
My classmate, Berit, share to us about this thru the class email, "I'm now in Bethlehem, the situation here is in terms of security quiet, but the situation for the Palestinians are really bad. And believe me when I say -cos I could have written pages to comfirm this... - that I have good reason to encourage all to boycott Israeli products. The illigal occupation and oppression I witness here in the West Bank is enough, but I'm sure you all have seen the images form Libanon. People here are begetting really scared when they see what Israel can do without any sanctions from "the international society". One told me that "We feel like we are not on the list over human beings". I understand why they feel that way. My south-African colleage also says that "Under the worst days of apartheid, people went to work, to school... This is worse. Much worse. I can't believe it..." "

Papa dan Piano

Baru saja saya telp ke rumah. Ngobrol sebentar dengan abangku lalu lanjut dengan papa. Wah,I'm so happy to hear his voice! The good news is papa gak perlu jalan dengan bantuan tongkat lagi. Syukurlah. Suara papa terdengar gembira. Pasti selain karna rasa sakitnya sudah sedikit berkurang juga karna sedang
dikunjungi cucu mungilnya yang sudah makin besar--Artia.
Tapi tadi papa baru mengaku bahwa selama sakit dia sempat merasa putus asa karna siksaan pengeroposan tulang ini benar-benar membuat ngilu sekujur tubuh. Belum lagi serangan itu datangnya tak kenal waktu. Tapi lagi-lagi my wise papa pasti cepat bangkit dari rasa putus asanya. Papa merasa tetap harus bersyukur, toh masih bisa menjalani hari-hari dengan sanak keluarga dan teman-teman.
Hal lain yang membuat saya senang adalah ternyata bermain piano membuat rasa sakit papa berkurang sedikit demi sedikit. Amazing ya! Jari-jari yang menari di atas tuts dan posisi kaki yang nyaman saat bermain piano membantu papa untuk merasa lebih tenang.
Ada rasa gembira bahwa piano itu bisa hadir di rumah kami. Sudah lama kami berempat ingin membelikan papa piano pengganti piano kami yang rusak dimakan rayap dan akibat banjir beberapa tahun lalu. Tapi baru Februari tahun ini, saat ulang tahun perkawinan papa dan mama, mimpi itu terlaksana. Banyak pihak yang membantu mulai dari mencari info tentang lokasi toko piano, mengantarkan melihat-lihat piano dan memberi semangat dalam hal pendanaan:)
Sejak piano itu hadir di rumah kembali tiap pagi maupun sore pasti terdengar suara permainan piano papa. Dan yang lebih menyenangkan adalah jika Gita dan Artia, cucu-cucu papa dan mama, sedang berkunjung. Gita akan berjoget dan Artia menatap Ompung Dolinya dengan lembut sambil mencoba ikut bernyanyi dengan celoteh bayinya.
Tetap bermain piano ya Pa, dan tetap sehat!


Sebuah Taman Sore Hari


Sebuah Taman Sore Hari
-Sapardi Djoko Damono-
dari sayap-sayap burung kecil itu
berguguran sepi, sepiku
saat terhenti si sebuah taman kota ini
daun jatuh di atas bangku, bagai mimpi
di antara datang dan suatu kali pergi
beribu lonceng berbunyi
kekal sewaktu bercakap kepada hati
lalu kepada bumi. Di sini aku menanti

Sajak-sajak Sapardi Djoko Damono selalu berhasil membuat saya merasakan suara terdalam dalam hati ini. Dan rupanya tempat yang acap lekat dengan kesunyian seperti di kota Bergen ini membuat kata demi kata dalam sajak-sajaknya semakin merasuk, ikut mengalir dalam rasa dan irama tubuh juga pikiran.

Bangku-bangku seputar taman Lille Lungegardsvann menjadi salah satu tempat persinggahan rutin saya di sore hari, pastinya jika kondisi cuaca mendukung. Semua rasa penat cepat pudar jika sudah duduk dan menikmati pemandangan di sekeliling. Ada air mancur yang kadang memantulkan warna pelangi, sahutan burung-burung yang terbang dengan bebas, tingkah suara anak-anak kecil yang diajak berjalan oleh orang tua mereka, alunan melodi sayup-sayup dari pemusik. Sempurna. Walau sesekali rasa sunyi itu tetap muncul, apalagi jika teringat larik-larik sajak Sapardi. Di sini aku menanti..

Postcard

Sejak di Norway saya jatuh cinta dengan postcard/kartu pos. Padahal sebelumnya saya tidak begitu tertarik. Bahkan ketika seorang teman meminta saya sesekali mengirim kartu pos kok rasanya gak biasa ya. Ternyata setelah berada di sini saya jadi penggemar berat kartu pos bahkan selalu melonjak riang tiap menerima kiriman kartu pos dari siapapun dan dari manapun:) Sayapun jadi senang mengirim kartu pos ke orang-orang tersayang. Saat jalan-jalan ke Prague (Chech), Vienna dan Budapest tahun lalu saya selalu sempatkan menulis secarik cerita di beberapa kartu pos dan langsung mengirimkannya ke berbagai alamat lewat kantor pos terdekat atau hostel tempat menginap. Kartu-kartu pos dari Bergen pun kerap saya sisipkan dalam kiriman oleh-oleh ke teman-teman dan keluarga.
Kartu pos terlihat sederhana padahal lewat kartu kecil itu banyak hal yang ingin disampaikan si pengirim. Pesan dan cerita yang digoreskan dalam kartu pos biasanya ingin menyampaikan keberadaan dan perasaan si pengirim saat itu. Saya masih ingat kartu pos yang pernah papa kirimkan dari Leiden sewaktu papa studi di sana. Lewat pesan singkatnya tergambar betapa dalam rasa rindu papa pada mama dan kita berempat yang masih kecil-kecil saat itu.
Gambar kartu pos juga bisa bercerita banyak. Walau belum pernah ke Paris saya bisa membayangkan pesona wilayah Butte Montmatre, atau bisa ikut mengagumi kota mungil Lund di Stockholm yang dikenal sebagai kota pelajar, juga membayangkan romantisnya berperahu di Great Canal Regatta di Venezia dan membandingkan keindahan kota Trondheim (Norway) di tepian sungai Nidelva dengan kota Bergen. Bahkan His (Hiswaty) temanku khusus mengirmkan kartu pos bergambar burung elang lambang tim nasional Jerman:) Pasti ini untuk memberi saya tambahan semangat sebagai penggemar berat tim Jerman,haha.
Ah, pokoknya saya akan terus mengoleksi kartu pos. Thanks to all my dears who have been sending me postcards from various great places. I will as well keep sending postcards to all of you, but don't forget to inform your latest postal address through my email, ok?:)
Dan ini saya kutip sajak "Kukirimkan Padamu" (dari buku kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono, "Mata Jendela", 2001)

Kukirimkan Padamu
kukirimkan padamu kartu pos bergambar, istriku,
par avion: sebuah taman kota, rumputan
dan bunga-bunga, bangku dan beberapa
orang tua, burung-burung merpati
dan langit yang entah
batasnya
aku tentu saja, tak ada di antara
mereka. Namun ada

Friday, August 04, 2006

Osteoporosis

Jumat lalu saat telp ke rumah, si mbak Neneng bilang papa dirawat di rumah sakit. Kaget sekali. Kenapa papaku? Bang Yos, yang berhasil saya hubungi saat itu, bilang papa merasa tulang-tulangnya sakit semua. Gak sanggup duduk, gak sanggup berdiri dan sulit jalan. Dokter mendiagnosa papa kena osteoporosis. Duhh..! Gak banyak yang saya tahu tentang penyakit ini kecuali penjelasan di wikipedia dan dalam beberapa link lain.
Yang menyulitkan adalah hanya satu ginjal papa yang masih berfungsi dan itupun 20% saja. Sedangkan untuk pengobatan osteoporosis dibutuhkan konsumsi kalsium dalam jumlah yang besar. Bagaimana mungkin ginjal papa sanggup mengolah kalsium dosis tinggi? Inilah yang jadi pemikiran kita semua. Semoga dokter yang merawat papa bisa mencari jalan pengobatan yang terbaik.
Saat ini papa harus menjalani fisioterapi agar bisa kuat berjalan dengan normal kembali. Papa juga butuh korset untuk menyangga badannya agar kuat duduk dan berdiri.
Sedih sekali membayangkan papaku harus banyak menanggung berbagai penyakit. Baru saja beberapa waktu lalu papa menjalani operasi katarak, lalu masih berobat untuk sakit ginjal dan hipertensinya. Ah, tapi tiap kali saya telp pasti papa selalu berusaha menunjukkan bahwa dia baik-baik saja. Get well soon ya papaku sayang. I miss U so much!

A Saturday Walk








Last Saturday, 29 July, me and Jessica had a nice walk in town. I took lots of pictures, really don't wanna miss a single thing of this city--Bergen. Here are some of the pics.

Deutschland 13


Thanks to Yifan (my classmate), because of him I can get this real cool "Deutschland 13" T-shirt. I am the real Ballack's fan now:) So proud of Germany team, always. My family is a fanatic supporter of Germany team. Many wonder what is the reason. It's simply that we like them:) Go Germany. Ballack, Klose, Fring, Podolski, Bastian etc-- all of them played beautifully in the World Cup 2006. Posted by Picasa

Thursday, August 03, 2006

Come back home

Don't know why these days I always follow the song "Where'd You Go" by Fort Minor from TV. I am touched by the lyrics and the story in the videoclip.
In time of missing our loved ones, we shout the same words: "where'd you go? i miss you so. please come back home". If they are not around it's merely emptiness that we can feel. I often go through this, especially during my stay here in Bergen and while I was in Ambon for my research. So, I will come back home soon to meet all my beloved ones:)

"Where'd You Go?" (Fort Minor)
Where'd you go?
I miss you so,
Seems like it's been forever,
That you've been gone.

She said "Some days I feel like shit,
Some days I wanna quit, and just be normal for a bit,"
I don't understand why you have to always be gone,
I get along but the trips always feel so long,
And, I find myself trying to stay by the phone,
'Cause your voice always helps me to not feel so alone,
But I feel like an idiot, workin' my day around the call,
But when I pick up I don't have much to say,
So, I want you to know it's a little fucked up,
That I'm stuck here waitin', at times debatin',
Tellin' you that I've had it with you and your career,
Me and the rest of the family here singing "Where'd you go?"

I miss you so,
Seems like it's been forever,
That you've been gone.
Where'd you go?
I miss you so,
Seems like it's been forever,
That you've been gone,
Please come back home...

You know the place where you used to live,
Used to barbecue up burgers and ribs,
Used to have a little party every Halloween with candy by the pile,
But now, you only stop by every once and a while,
Shit, I find myself just fillin' my time,
With anything to keep the thought of you from my mind,
I'm doin' fine, I plan to keep it that way,
You can call me if you find that you have something to say,
And I'll tell you, I want you to know it's a little fucked up,
That I'm stuck here waitin', at times debatin',
Tellin' you that I've had it with you and your career,
Me and the rest of the family here singing "Where'd you go?"

I miss you so,
Seems like it's been forever,
That you've been gone.
Where'd you go?
I miss you so,
Seems like it's been forever,
That you've been gone,
Please come back home...

I want you to know it's a little fucked up,
That I'm stuck here waitin', no longer debatin',
Tired of sittin' and hatin' and makin' these excuses,
For why you're not around, and feeling so useless,
It seems one thing has been true all along,
You don't really know what you've got 'til it's gone,
I guess I've had it with you and your career,
When you come back I won't be here and you can sing it...

Where'd you go?
I miss you so,
Seems like it's been forever,
That you've been gone.
Where'd you go?
I miss you so,
Seems like it's been forever,
That you've been gone,
Please come back home...
Please come back home...
Please come back home...
Please come back home...
Please come back home...