Tuesday, August 22, 2006

Makan di tempat bersih dan rehat yang cukup yuk!

Wah..beberapa hari ini karna saya dapat kabar tentang teman-teman yang sakit jadilah saya berpikir ulang tentang indahnya hidup sehat. Saya termasuk orang yang penyakitan. Prof.dr. Markum (dokter langganan saya untuk penyakit dalam) sudah sangat maklum kalau saya berkunjung atau harus dirawat di rumah sakit. Herannya, selama studi di Norway kok saya gak pernah sakit bagian dalam ya? dr.Markum memang sudah sering bilang, kalau mau sehat harus ubah pola hidup. Salah satunya dalam mencari tempat makan dan mengalokasi waktu beristirahat.
Tahun 2003 saya sempat dirawat karna kena hepatitis A. Ternyata setelah ditelusuri penyebabnya adalah karna saya makan soto di warung yang berdekatan dengan para penjual burung. Jadi, bisa saja yang kotor-kotor dari warung burung itu tergabung dalam adonan soto (waduhhh!). dr.Markum bilang kalau cari tempat makan harus cermat. Jangan makan di warung yang proses cuci piringnya hanya dalam satu ember berisi air untuk mencuci semua piring dan gelas. Ini yang bisa menyebabkan penularan kuman penyakit. Sebaiknya proses cuci piringnya lewat kran air yang mengalir. Jangan juga makan di warung-warung dekat penjual burung, dekat got, dekat bak sampah.
Memang setelah sembuh dari penyakit itu saya menjadi orang yang sangat pemilih. Saya berusaha menghindari warung-warung pinggir jalan walau memang kadang kangen juga. Banyak teman yang mengira saya pilih-pilih karna gengsi. Padahal tidak. Ini semata karna demi kesehatan. Penderitaan saat sakit--mual, demam tinggi, lemas--yang kerap membuat diri ini harus selalu coba berdisiplin.
Hal lain, kata dr. Markum, yang kerap membuat kita gampang jatuh sakit karna tidak disiplin mengalokasikan waktu untuk istirahat. Memang terdengar mudah, tapi ternyata sulit menjalaninya terutama jika kita sedang dibebani banyak tanggungjawab yang harus diselesaikan. Maka istirahatpun menjadi semakin minim. Padahal istirahat itu paling enak lho, terutama kalau bisa rehat sambil mendengar musik yang lembut. Cepat sembuh ya buat teman-teman yang sedang sakit.

Berhentilah merokok

Beberapa hari lalu ada kabar bahwa seorang teman terkena serangan jantung koroner. Kaget. Dia masih sangat muda, 33 tahun. Rupanya ini penyakit yang juga diderita alm kakek dan alm ayahnya. Tapi apa memang hanya itu penyebabnya lantas dia terkena serangan jantung ini?Rupanya tidak. Ada penyebab lainnya: rokok. Teman ini memang perokok berat.
Saya terus terang benci dengan rokok. Bagaimana tidak, banyak anggota keluarga dan kerabat menderita sakit dan penyebab utamanya adalah rokok. Memang rokok tidak secara serta-merta membunuh si penikmat, tapi dia merusak tiap organ tubuh secara kontiniu. Kalau tidak percaya, ini ada salah satu info dari sekian juta informasi tentang bahaya rokok bagi kesehatan, coba klik di: health effects of smoking.
Papa saya termasuk perokok berat. Dia mulai merokok sejak tingkat sekolah menengah pertama. Lalu aktivitas merokoknya semakin menjadi saat kuliah dan mulai mengajar. Alasan papa sih karna beliau penulis dan pengajar jadi sang rokok dibutuhkan untuk mengeluarkan inspirasi-inspirasi dan memberi ketenangan batin. Begitukah? Syukurlah di tahun 1977 saat kita di Penang, Malaysia, papa pelan-pelan berhenti merokok dan berhasil berhenti total tak lama kemudian. Mau tahu apa yang menyebabkan papa berhenti merokok? Ternyata papa malu dengan teman-temannya di sana yang bebas rokok dan kerap menceramahi papa tentang bahaya rokok. Tapi sayangnya selama bertahun-tahun racun-racun rokok sudah banyak yang mendekam di tubuh papa dan terutama merusak kondisi ginjal papa.
Mama juga perokok. Bedanya, papa berhenti merokok saat di Penang, sedangkan mama justru mengenal dan menjadi penggemar rokok saat di Penang. Ini karna pertemanan juga rupanya. Saat di Penang mama aktif di kegiatan dharma wanita dan ibu-ibu konsulat Indonesia. Hampir semua teman-temannya perokok. Maka mama berhasil tergoda. Yang membuat mama belajar berhenti merokok karna di tahun 1997 mama terkena serangan jantung--ada penyempitan pembuluh darah di jantungnya. Dokter benar-benar memberi ultimatum bahwa mama harus berhenti merokok.
Saya tahu pasti berat buat seseorang yang sudah menjiwai rokok jika harus berhenti. Bahkan saat sempat suntuk di Bergen saya juga terpikir untuk melampiaskannya lewat merokok. Tapi syukurlah niat itu tidak terwujud karna harga sebungkus rokok mahal sekali di sana:) Lagi pula saya sudah kadung membenci rokok.
Walau sulit untuk berhenti merokok, tapi saya yakin pasti bisa. Jangan tunggu sampai terserang penyakit lalu kemudian menyesal tak putus. Kelompok pertemanan yang bebas rokok pasti bisa membantu mengubah kebiasaan ini pelan-pelan. Saya juga senang jika ruang bagi perokok semakin dipersempit, jangan biarkan mereka merokok di tempat-tempat publik. Berhentilah sekarang dan jangan pernah mencoba lagi. Stop smoking now!

Tuesday, August 15, 2006

Adaptasi

Kembali berada di Jakarta sejak Sabtu (12 Agustus) lalu. Hal pertama yang harus dijalani: beradaptasi. Begitu menjejakkan kaki di bandara Soekarno-Hatta yang maha luas itu langsung harus beradaptasi dengan lambannya petugas imigrasi memeriksa paspor...wah, antrinya maha panjang dan berhasil membuat semua penumpang yang ingin bergegas keluar dari bandara terhalang oleh proses yang lambat. Hal lain, kita juga harus beradaptasi dengan fasilitas bandara yang sangat seadanya. Kondisi toilet bandara besar ini sangatlah mengenaskan. Jorok dan jorok. Kalau mau memakai istilah bahasa Batak, maka pantaslah si bandara ini disebut "bolon", artinya: hanya besar saja tapi tak ada secuilpun keindahannya.
Adaptasi lain yang sulit pastilah soal waktu. Perbedaan waktu 5 jam antara Indonesia bagian barat dan Norway membuat badan ini juga harus pelan-pelan mengubah ritme sehari-hari. Jam tidur, makan dan beraktivitas harus segera disesuaikan dan ternyata butuh proses beberapa hari.
Sampai hari ini saya belum berani berpergian. Belum sanggup rasanya menghadapi kenyataan bahwa situasi jalan raya ruwet sekali. Nah, ini pastinya juga butuh proses adaptasi. Berada di kota Jakarta dengan jumlah penduduk yang hampir 12 juta dan berada di kota Bergen dengan jumlah penduduk hanya 400,000 orang pastilah sangat berbeda kondisi jalan rayanya.
Badan ini juga butuh adaptasi dalam hal makanan. Saya termasuk gampang terkena thypus, jadi harus hati-hati dalam memilih makanan. Kalau soal harga barang sih akan mudah beradaptasi karna harga-harga di sini jauh lebih murah daripada di Norway. Ini yang bikin hati lebih senang:)
Tapi ada hal lain yang butuh proses adaptasi juga, yaitu menerima kenyataan bahwa akses internet di sini (terutama lewat telkomnet) sangatlah lambat. Wah, beda bumi dan langitlah dengan akses internet saat di Bergen yang kecepatannya sangat ruarrr biasa. Sekarang tidak gampang untuk meng-upload foto dan memposting cerita, misalnya. Tapi apa boleh buat, harus menerima fakta dan mencoba beradaptasi.
Dosen pembimbingku, Pak Olaf, selalu bilang indahnya berpindah-pindah lokasi adalah dalam proses beradaptasi. "That's the joy of being anthropologist! You have to learn how to adjust and follow the rhythm."

Wednesday, August 09, 2006

Memilah-milah

Hari ini saya mulai melakukan final packing. Wah, ternyata melelahkan juga. Hal yang membuat lelah adalah bagian memilah-milah. Maklum, setelah program dua tahun pendidikan di Bergen kok rasanya bertumpuk-tumpuk barang berkumpul di kamar ini.
Buku-buku memang sudah lebih dulu dikirim dua pekan lalu. Tapi dengan jatah hanya 40 kg sangatlah minim untuk mengirim begitu banyak buku yang sudah sempat dibawa-bawa dari Jakarta dan Ambon juga buku-buku wajib yang didapat dari kampus. Masih ada cukup banyak buku dan bahan fotocopy yang harus dibawa serta saat pulang nanti. Pusing. Sempat terpikir betapa asiknya kalau setiap buku ada versi elektroniknya pastilah tidak perlu repot menggotong-gotong buku ke sana ke mari.
Selain buku, yang harus dipilah-pilah juga baju, pernak-pernik kamar dan dapur, kado dari teman-teman, dan banyak lagi. Harus bisa memilah mana yang harus di bawa, mana yang masih layak diwariskan ke mahasiswa baru, mana yang tak perlu dibawa pulang karna akan lebih murah membelinya di Jakarta dan mana yang harus dibuang. Pengennya sih bisa membawa semua barang-barang ini pulang ke Jakarta, masukkan mereka semua ke tas besar bereslah urusan. Tapi kan itu tidak mungkin karna pesawat hanya memberi jatah 20-30 kg untuk tiap penumpang.

Urusan memilah-milah juga sering kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Kadang kita pengen memikirkan begitu banyak hal padahal kapasitas diri kita terbatas. Kalau mengikuti cakapnya orang Medan pasti mereka akan bilang, "pecahlah kepala kau nanti kalau semua urusan dunia ini mau kau pikirkan". Tepat sekali. Padahal kita harus bisa memilah-milah mana yang jadi skala prioritas paling atas dan mana yang paling bawah atau bahkan tidak layak untuk dipikirkan atau dipusingkan.
Selamat memilah-milah:)

Monday, August 07, 2006

Panas, harus bersyukur:)

Sudah beberapa pekan ini sejak masuk musim summer di Norway..duhh, panasnya gak tertahankan. Serius! Terik minta ampun, bahkan sampai malam datangpun kok rasa panas gak hilang juga ya..sulit tidur jadinya. Makin terasa panas karna kamar di Fantoft tidak menyediakan fentilasi yang cukup, jendela hanya satu dan itupun hanya bisa dibuka sedikit sekali. Ada teman becanda bilang, "rasanya orang Norway bangun dan mendesain rumah mereka saat musim dingin, makanya tidak bisa membayangkan bagaimana konsep rumah yang nyaman jika musim panas tiba". Hm..benar juga ya:)
Beberapa hari belakangan bahkan panas terasa makin ganas...sampai-sampai kalau jalan keluar mau pingsan rasanya,hehe. Kok makin mirip kota Ambon ya dalam hal panas terik?:)
Tapi banyak komentar positif yang mengingatkan untuk bersyukur. Iya, bersyukur karna akhirnya bisa melihat sinar matahari. Betul. Saya jadi ingat saat winter di sini yang gelap-gulita dan sinar matahari hanya muncul sekitar satu jam dalam sehari. Bayangkan betapa gelapnya! Nah, saat itu kita di sini juga sibuk berharap agar sinar matahari lekas muncul dan kita dikeluarkan dari dunia kegelapan,hahaha. Setelah lama menunggu sejak akhir Oktober sampai awal Februari (saat musim winter) barulah sinar matahari pelan-pelan muncul di Norway. Bulan April, saat musim semi datang, sinar matahari mulai lebih rutin dan agak lama menyinari Norway. Nah, mulai bulan Juni barulah si matahari benar-benar tak mau lepas...hampir 24 jam non stop berkunjung. Yah, kalau mau dipikir-pikir memang harus bersyukur..sang matahari yang sudah lama dinanti akhirnya berkenan hadir di sini:)
Jika sudah mencoba berpikir positif seperti ini akhirnya tidak bisa protes lagi dengan rasa panas yang menyengat. Just enjoy the summer, enjoy the sun! Harus selalu bersyukur, karna nanti toh jika kembali bisa merasakan winter kita jadi bisa mensyukuri betapa nikmatnya dianugerahi musim dingin meskipun di Norway ini saat winter dinginnya terasa sampai ke tulang sumsum:)
Nikmat juga bisa menjalani hari-hari di negeri unik tetangganya kutub utara ini. Semua serba ekstrim--musim semi yang bisa secara serta merta memunculkan putik-putik bunga warna-warni dan anak-anak daun hijau muda segar, musim panas yang terik, musim gugur yang mengubah semua daun menjadi berwarna maroon dan tak lama kemudian berguguran, lalu musim dingin yang tak membiarkan satupun pohonpun memiliki daun. I'm so glad to feel the four seasons in Norway.

If I were a painter..

Saat sedang stress sempat terbersit pengen belajar melukis. Sepertinya asik. Siapa tahu bisa menyalurkan stress ke hal yang lebih indah--lukisan karya sendiri:)
Sampai detik inipun masih pengen belajar melukis. Apalagi sejak tinggal di Bergen,Norway yang cantik dan indah ini rasanya akan makin nikmat kalau bisa melukis. Pagi atau sore hari duduk di tepi danau yang cantik misalnya, sambil melukis..ah,must be wonderful! Sayangnya sampai detik menjelang mau pulang ke Jakarta tetap belum sempat belajar melukis:)
Semoga nanti jika sudah sampai di Jakarta masih punya waktu untuk mencoba menekuni seni ini. Walau saya juga gak cukup yakin punya bakat melukis (haha) karna sejak kecil gak menunjukkan tanda-tanda bisa melukis--paling banter hanya bisa melukis awan, matahari, bebek (binatang kedua favorit setelah anjing), dan rumah...itupun simple banget.
But really..i want to learn how to paint..one day:)

If I were a painter
-Norah Jones-
If I were a painter
I would paint my reverie
If that's the only way for you to be with me

We'd be there together
Just like we used to be
Underneath the swirling skies for all to see

And I'm dreaming of a place
Where I could see your face
And I think my brush would take me there
But only...

If I were a painter
And could paint a memory
I'd climb inside the swirling skies to be with you
I'd climb inside the skies to be with you

Saturday, August 05, 2006

Fantoft Studentbolig

Studentbolig artinya apartment atau asrama mahasiswa. Melihat keterbatasan fasilitas yang ada di Fantoft ini rasanya gak cocok untuk menyandang gelar sebagai apartment:)
Awal saya tiba di Bergen dan tinggal di
Fantoft, 4 Agustus 2004, rasanya pengen langsung pulang ke Jakarta begitu melihat kamarku. Aduhhh, kamarnya aneh banget--kecil, perabotannya terlihat kuno dan dari kayu seadanya dan kok yah..mirip penjara ya dari luar,haha. Tapi rasa tak suka itu hanya singgah amat sebentar. Setelah pelan-pelan menata dan membeli beberapa perabotan untuk kamar,dapur dan kamar mandi, kamarku makin berasa nyaman. Dan yang paling penting rasa betah ini makin mendominasi setelah bertemu dengan banyak teman. Bayangkan, ratusan mahasiswa internasional numplek di sini dari berbagai penjuru dunia!
Melalui pertemanan indah inilah saya belajar banyak sekali hal. Di sini awalnya saya belajar masak,haha. Memang sebagai penikmat makanan selama ini tugasku di rumah biasanya hanya jadi tukang cicip. Mama selalu minta saya mencicipi dulu masakannya untuk tahu sudah pas atau belum semua bumbunya. Nah, berarti memang saya sudah punya bakat memasak kan?:) Namun rupanya baru di Fantoft ini saya berani masak setelah banyak berlatih dan mengamati teman-teman memasak tentu saja. Ternyata banyak menu yang bisa dimasak secara sederhana. Kita hanya dituntut untuk mau sejenak singgah di dapur, mengiris-iris bawang dan lain-lain lalu mengolah semuanya menjadi makanan layak makan:)
Melalui pertemanan dari berbagai negara ini juga saya belajar tentang kebiasaan, adat, kondisi politik dari tempat masing-masing. Saya otomatis juga menceritakan banyak ragam tentang Indonesia.
Banyak pengalaman yang kita jalani bersama. Banyak pula polah laku teman-teman yang semuanya membuat kita semakin dekat. Ada Ghefari,teman dari Sudan yang selalu bilang kelak he will become the next Sudanese president:) (Hey Ghef, gud luck for the process to become the president ya..!). Beberapa teman dari Cina yang sempat bertanya, "will we be safe if we go to Indonesia?" karna membaca banyak artikel tentang konflik tahun 1998 dan tentang etnisTionghoa yang mengalami banyak diskriminasi di Indonesia. Cerita tentang Kyrgisthan selalu kita bisa dengar lewat penuturan Maks. Belum lagi teman-teman dari berbagai wilayah di Afrika. Saya jadi lebih mengenal detail tiap wilayah. Teman-teman dari Nepal yang selalu menyanyikan lagu "Kathmandu sahara" makin membuat hati ini tertarik kelak untuk menginjakkan kaki di kota Kathmandu. Kebiasaan teman-teman India menggelengkan kepala jika bilang "iya" dan sering bikin orang bingung karna dikira mereka bilang "tidak",hehe. Ditambah paparan foto-foto Maldives yang cantik, dan cerita-cerita dari teman-teman di belahan Eropa lainnya termasuk teman-teman yang asli orang Norway. Semuanya menjadi lengkap.
Beberapa hari lagi saya akan meninggalkan kota ini dan tentu saja meninggalkan kamar saya di Fantoft. Ada rasa berat tapi juga senang. Berat karna di sinilah saya banyak menghabiskan waktu bersama teman-teman saat susah dan senang, saat stres dan santai, saat terima uang saku dan saat kehabisan uang lalu perlu ngirit abis2an, saat normal dan gila,haha. Senang karna saya mempunyai banyak pengalaman yang memperkaya jiwa saya. See you again Fantoft and my beloved friends from all over the world.

A sharing from a friend

These past three weeks violence has hit Lebanon and many innocent people died. It is a long ongoing conflict indeed between Hezbollah's armed wing and the Israel Defense Forces (IDF). Both Israel and Hezbollah have to stop this brutal conflict. No one of use dare to see the continuous killing of civilians in Lebanon, Israel and the occupied Palestinan territory.
My classmate, Berit, share to us about this thru the class email, "I'm now in Bethlehem, the situation here is in terms of security quiet, but the situation for the Palestinians are really bad. And believe me when I say -cos I could have written pages to comfirm this... - that I have good reason to encourage all to boycott Israeli products. The illigal occupation and oppression I witness here in the West Bank is enough, but I'm sure you all have seen the images form Libanon. People here are begetting really scared when they see what Israel can do without any sanctions from "the international society". One told me that "We feel like we are not on the list over human beings". I understand why they feel that way. My south-African colleage also says that "Under the worst days of apartheid, people went to work, to school... This is worse. Much worse. I can't believe it..." "

Papa dan Piano

Baru saja saya telp ke rumah. Ngobrol sebentar dengan abangku lalu lanjut dengan papa. Wah,I'm so happy to hear his voice! The good news is papa gak perlu jalan dengan bantuan tongkat lagi. Syukurlah. Suara papa terdengar gembira. Pasti selain karna rasa sakitnya sudah sedikit berkurang juga karna sedang
dikunjungi cucu mungilnya yang sudah makin besar--Artia.
Tapi tadi papa baru mengaku bahwa selama sakit dia sempat merasa putus asa karna siksaan pengeroposan tulang ini benar-benar membuat ngilu sekujur tubuh. Belum lagi serangan itu datangnya tak kenal waktu. Tapi lagi-lagi my wise papa pasti cepat bangkit dari rasa putus asanya. Papa merasa tetap harus bersyukur, toh masih bisa menjalani hari-hari dengan sanak keluarga dan teman-teman.
Hal lain yang membuat saya senang adalah ternyata bermain piano membuat rasa sakit papa berkurang sedikit demi sedikit. Amazing ya! Jari-jari yang menari di atas tuts dan posisi kaki yang nyaman saat bermain piano membantu papa untuk merasa lebih tenang.
Ada rasa gembira bahwa piano itu bisa hadir di rumah kami. Sudah lama kami berempat ingin membelikan papa piano pengganti piano kami yang rusak dimakan rayap dan akibat banjir beberapa tahun lalu. Tapi baru Februari tahun ini, saat ulang tahun perkawinan papa dan mama, mimpi itu terlaksana. Banyak pihak yang membantu mulai dari mencari info tentang lokasi toko piano, mengantarkan melihat-lihat piano dan memberi semangat dalam hal pendanaan:)
Sejak piano itu hadir di rumah kembali tiap pagi maupun sore pasti terdengar suara permainan piano papa. Dan yang lebih menyenangkan adalah jika Gita dan Artia, cucu-cucu papa dan mama, sedang berkunjung. Gita akan berjoget dan Artia menatap Ompung Dolinya dengan lembut sambil mencoba ikut bernyanyi dengan celoteh bayinya.
Tetap bermain piano ya Pa, dan tetap sehat!


Sebuah Taman Sore Hari


Sebuah Taman Sore Hari
-Sapardi Djoko Damono-
dari sayap-sayap burung kecil itu
berguguran sepi, sepiku
saat terhenti si sebuah taman kota ini
daun jatuh di atas bangku, bagai mimpi
di antara datang dan suatu kali pergi
beribu lonceng berbunyi
kekal sewaktu bercakap kepada hati
lalu kepada bumi. Di sini aku menanti

Sajak-sajak Sapardi Djoko Damono selalu berhasil membuat saya merasakan suara terdalam dalam hati ini. Dan rupanya tempat yang acap lekat dengan kesunyian seperti di kota Bergen ini membuat kata demi kata dalam sajak-sajaknya semakin merasuk, ikut mengalir dalam rasa dan irama tubuh juga pikiran.

Bangku-bangku seputar taman Lille Lungegardsvann menjadi salah satu tempat persinggahan rutin saya di sore hari, pastinya jika kondisi cuaca mendukung. Semua rasa penat cepat pudar jika sudah duduk dan menikmati pemandangan di sekeliling. Ada air mancur yang kadang memantulkan warna pelangi, sahutan burung-burung yang terbang dengan bebas, tingkah suara anak-anak kecil yang diajak berjalan oleh orang tua mereka, alunan melodi sayup-sayup dari pemusik. Sempurna. Walau sesekali rasa sunyi itu tetap muncul, apalagi jika teringat larik-larik sajak Sapardi. Di sini aku menanti..

Postcard

Sejak di Norway saya jatuh cinta dengan postcard/kartu pos. Padahal sebelumnya saya tidak begitu tertarik. Bahkan ketika seorang teman meminta saya sesekali mengirim kartu pos kok rasanya gak biasa ya. Ternyata setelah berada di sini saya jadi penggemar berat kartu pos bahkan selalu melonjak riang tiap menerima kiriman kartu pos dari siapapun dan dari manapun:) Sayapun jadi senang mengirim kartu pos ke orang-orang tersayang. Saat jalan-jalan ke Prague (Chech), Vienna dan Budapest tahun lalu saya selalu sempatkan menulis secarik cerita di beberapa kartu pos dan langsung mengirimkannya ke berbagai alamat lewat kantor pos terdekat atau hostel tempat menginap. Kartu-kartu pos dari Bergen pun kerap saya sisipkan dalam kiriman oleh-oleh ke teman-teman dan keluarga.
Kartu pos terlihat sederhana padahal lewat kartu kecil itu banyak hal yang ingin disampaikan si pengirim. Pesan dan cerita yang digoreskan dalam kartu pos biasanya ingin menyampaikan keberadaan dan perasaan si pengirim saat itu. Saya masih ingat kartu pos yang pernah papa kirimkan dari Leiden sewaktu papa studi di sana. Lewat pesan singkatnya tergambar betapa dalam rasa rindu papa pada mama dan kita berempat yang masih kecil-kecil saat itu.
Gambar kartu pos juga bisa bercerita banyak. Walau belum pernah ke Paris saya bisa membayangkan pesona wilayah Butte Montmatre, atau bisa ikut mengagumi kota mungil Lund di Stockholm yang dikenal sebagai kota pelajar, juga membayangkan romantisnya berperahu di Great Canal Regatta di Venezia dan membandingkan keindahan kota Trondheim (Norway) di tepian sungai Nidelva dengan kota Bergen. Bahkan His (Hiswaty) temanku khusus mengirmkan kartu pos bergambar burung elang lambang tim nasional Jerman:) Pasti ini untuk memberi saya tambahan semangat sebagai penggemar berat tim Jerman,haha.
Ah, pokoknya saya akan terus mengoleksi kartu pos. Thanks to all my dears who have been sending me postcards from various great places. I will as well keep sending postcards to all of you, but don't forget to inform your latest postal address through my email, ok?:)
Dan ini saya kutip sajak "Kukirimkan Padamu" (dari buku kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono, "Mata Jendela", 2001)

Kukirimkan Padamu
kukirimkan padamu kartu pos bergambar, istriku,
par avion: sebuah taman kota, rumputan
dan bunga-bunga, bangku dan beberapa
orang tua, burung-burung merpati
dan langit yang entah
batasnya
aku tentu saja, tak ada di antara
mereka. Namun ada

Friday, August 04, 2006

Osteoporosis

Jumat lalu saat telp ke rumah, si mbak Neneng bilang papa dirawat di rumah sakit. Kaget sekali. Kenapa papaku? Bang Yos, yang berhasil saya hubungi saat itu, bilang papa merasa tulang-tulangnya sakit semua. Gak sanggup duduk, gak sanggup berdiri dan sulit jalan. Dokter mendiagnosa papa kena osteoporosis. Duhh..! Gak banyak yang saya tahu tentang penyakit ini kecuali penjelasan di wikipedia dan dalam beberapa link lain.
Yang menyulitkan adalah hanya satu ginjal papa yang masih berfungsi dan itupun 20% saja. Sedangkan untuk pengobatan osteoporosis dibutuhkan konsumsi kalsium dalam jumlah yang besar. Bagaimana mungkin ginjal papa sanggup mengolah kalsium dosis tinggi? Inilah yang jadi pemikiran kita semua. Semoga dokter yang merawat papa bisa mencari jalan pengobatan yang terbaik.
Saat ini papa harus menjalani fisioterapi agar bisa kuat berjalan dengan normal kembali. Papa juga butuh korset untuk menyangga badannya agar kuat duduk dan berdiri.
Sedih sekali membayangkan papaku harus banyak menanggung berbagai penyakit. Baru saja beberapa waktu lalu papa menjalani operasi katarak, lalu masih berobat untuk sakit ginjal dan hipertensinya. Ah, tapi tiap kali saya telp pasti papa selalu berusaha menunjukkan bahwa dia baik-baik saja. Get well soon ya papaku sayang. I miss U so much!

A Saturday Walk








Last Saturday, 29 July, me and Jessica had a nice walk in town. I took lots of pictures, really don't wanna miss a single thing of this city--Bergen. Here are some of the pics.

Deutschland 13


Thanks to Yifan (my classmate), because of him I can get this real cool "Deutschland 13" T-shirt. I am the real Ballack's fan now:) So proud of Germany team, always. My family is a fanatic supporter of Germany team. Many wonder what is the reason. It's simply that we like them:) Go Germany. Ballack, Klose, Fring, Podolski, Bastian etc-- all of them played beautifully in the World Cup 2006. Posted by Picasa

Thursday, August 03, 2006

Come back home

Don't know why these days I always follow the song "Where'd You Go" by Fort Minor from TV. I am touched by the lyrics and the story in the videoclip.
In time of missing our loved ones, we shout the same words: "where'd you go? i miss you so. please come back home". If they are not around it's merely emptiness that we can feel. I often go through this, especially during my stay here in Bergen and while I was in Ambon for my research. So, I will come back home soon to meet all my beloved ones:)

"Where'd You Go?" (Fort Minor)
Where'd you go?
I miss you so,
Seems like it's been forever,
That you've been gone.

She said "Some days I feel like shit,
Some days I wanna quit, and just be normal for a bit,"
I don't understand why you have to always be gone,
I get along but the trips always feel so long,
And, I find myself trying to stay by the phone,
'Cause your voice always helps me to not feel so alone,
But I feel like an idiot, workin' my day around the call,
But when I pick up I don't have much to say,
So, I want you to know it's a little fucked up,
That I'm stuck here waitin', at times debatin',
Tellin' you that I've had it with you and your career,
Me and the rest of the family here singing "Where'd you go?"

I miss you so,
Seems like it's been forever,
That you've been gone.
Where'd you go?
I miss you so,
Seems like it's been forever,
That you've been gone,
Please come back home...

You know the place where you used to live,
Used to barbecue up burgers and ribs,
Used to have a little party every Halloween with candy by the pile,
But now, you only stop by every once and a while,
Shit, I find myself just fillin' my time,
With anything to keep the thought of you from my mind,
I'm doin' fine, I plan to keep it that way,
You can call me if you find that you have something to say,
And I'll tell you, I want you to know it's a little fucked up,
That I'm stuck here waitin', at times debatin',
Tellin' you that I've had it with you and your career,
Me and the rest of the family here singing "Where'd you go?"

I miss you so,
Seems like it's been forever,
That you've been gone.
Where'd you go?
I miss you so,
Seems like it's been forever,
That you've been gone,
Please come back home...

I want you to know it's a little fucked up,
That I'm stuck here waitin', no longer debatin',
Tired of sittin' and hatin' and makin' these excuses,
For why you're not around, and feeling so useless,
It seems one thing has been true all along,
You don't really know what you've got 'til it's gone,
I guess I've had it with you and your career,
When you come back I won't be here and you can sing it...

Where'd you go?
I miss you so,
Seems like it's been forever,
That you've been gone.
Where'd you go?
I miss you so,
Seems like it's been forever,
That you've been gone,
Please come back home...
Please come back home...
Please come back home...
Please come back home...
Please come back home...