Saturday, August 05, 2006

Sebuah Taman Sore Hari


Sebuah Taman Sore Hari
-Sapardi Djoko Damono-
dari sayap-sayap burung kecil itu
berguguran sepi, sepiku
saat terhenti si sebuah taman kota ini
daun jatuh di atas bangku, bagai mimpi
di antara datang dan suatu kali pergi
beribu lonceng berbunyi
kekal sewaktu bercakap kepada hati
lalu kepada bumi. Di sini aku menanti

Sajak-sajak Sapardi Djoko Damono selalu berhasil membuat saya merasakan suara terdalam dalam hati ini. Dan rupanya tempat yang acap lekat dengan kesunyian seperti di kota Bergen ini membuat kata demi kata dalam sajak-sajaknya semakin merasuk, ikut mengalir dalam rasa dan irama tubuh juga pikiran.

Bangku-bangku seputar taman Lille Lungegardsvann menjadi salah satu tempat persinggahan rutin saya di sore hari, pastinya jika kondisi cuaca mendukung. Semua rasa penat cepat pudar jika sudah duduk dan menikmati pemandangan di sekeliling. Ada air mancur yang kadang memantulkan warna pelangi, sahutan burung-burung yang terbang dengan bebas, tingkah suara anak-anak kecil yang diajak berjalan oleh orang tua mereka, alunan melodi sayup-sayup dari pemusik. Sempurna. Walau sesekali rasa sunyi itu tetap muncul, apalagi jika teringat larik-larik sajak Sapardi. Di sini aku menanti..

2 comments:

Riana Puspasari said...

stell... your photos are living lyrics to sapardi's poems ...

Stella Aleida Hutagalung said...

:) really Ri? mungkin krn terbawa perasaan ya. Bergen is a romantic city ever actually..but sad that i'm alone here,haha. Di sini aku menanti...