Monday, June 09, 2008

Menari dan Bernyanyilah Papa, seperti Daun Gugur

Sejak Papa mejalani perawatan cuci ginjal dengan metode CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis) di bulan September 2007, kondisinya semakin lemah. Papa berulangkali harus dirawat di RS bahkan sempat mengalami kritis di hari Jumat dan Sabtu lalu, 30-31 Mei 2008. Tensinya yang naik drastis menyebabkan Papa sempat meronta kesakitan dan kehilangan kesadaran. Kami semua hanya bisa memegang tangan dan kaki Papa yang meronta, sambil menangis tak henti dan berusaha membujuk Papa agar tenang. Tapi rontaan Papa sangat masuk akal. Siapa kiranya yang bisa menahan sakit sedemikian rupa dengan tensi 256/100? Bahkan banyak yang mengira Papa sudah tidak bisa bertahan. Minggu, 1 Juni, Papa sadar tapi tidak ingat apa yang sudah terjadi di hari kemarin…lalu sorenya kami meminta gereja untuk bisa mengadakan Perjamuan Kudus untuk Papa dan kami sekeluarga.

Sedih melihat kondisi Papa yang begitu lemah, tapi juga terhibur dengan semangat Papa yang masih sedemikian besar. Di Senin siang, 2 Juni, saya sempat melihat mata Papa berair, lalu bertanya “Papa nangis?” dan dijawab olehnya, “Ah, gak mungkin aku nangis..kan Tuhan sudah kasih kesempatan untuk melanjutkan hidup ini. Ini anugerah”. Hah, Papaku selalu bijaksana. Saya hanya merespon jawabannya itu dengan berkali-kali mencium keningnya. Lalu saya teringat, semangat hidup Papa ini terekam di puisinya yang berjudul “Aku Ingin Menari Seperti Daun Gugur”. Ya, Papa seperti daun gugur itu, ia belum mau pergi sebelum menari seindah mungkin dan bernyanyi semerdu mungkin. Sebenarnya persembahan Papa sudah sedemikian banyak untuk kami—anak, menantu, istri, cucu, kelompok marga, kampus tempat Papa mengajar, dan terlebih untuk gereja—GKPI kecintaannya, dan semua persembahannya indah. Namun buat Papa, masih ada banyak mimpi yang ingin ia raih dan persembahkan.

Saat ini, Papa masih menjalani pengobatan di RS. Masih tergolek lemah dan sering uring-uringan dengan cekukan yang kerap mengganggu—saya baru tahu bahwa orang yang sakit ginjal memang sering didera cekukan. Tadi pagi saat menemani Papa bersaat teduh, ia tersenyum, lagi-lagi mencoba menunjukkan semangatnya yang masih membara. Ya Papa, menari dan bernyanyilah. Puaskanlah hatimu mengejar yang ingin kau lakukan, walaupun keterbatasan mengekangmu demikian dahsyat. Tapi Papa juga harus mau rehat jika sudah merasa letih. Kami sudah dianugerahi limpahan ajaranmu yang selalu berlandaskan kasih. We love U so much, Pa!

Ini adalah puisi Papa “Aku Ingin Menari Seperti Daun Gugur” (dan terjemahan bebasnya), diambil dari kumpulan puisinya yang diberi judul “Permata Kehidupan”.

Aku Ingin Menari Seperti Daun Gugur

Oleh: MS Hutagalung

Kuperhatikan sebatang pohon

Banyak daunnya yang rontok

Sebelum waktunya

Berserakan di tanah

Ada selembar daun

Yang lepas sendiri dari ranting

Karena cukup tua

Daun itu meliuk-liuk di udara

Seperti menari-nari

Segan jatuh ke bumi

Sebelum memamerkan tarian

Dan warnanya yang coklat kekuning-kuningan

Walaupun akhirnya jatuh ke tanah

Tempat asalnya

Akupun ingin seperti daun itu

Menarikan tarian yang paling indah

Atau menyanyikan sebuah lagu paling merdu

Sebelum jasadku kembali bersatu dengan tanah

Sebagai ucapan terima kasih kepada Pemberi Hidup

(Rawamangun, Akhir Mei 2007)

I want to Dance like a Falling Leaf

I saw a tree

Lots of its leaves were falling

Before their time

Scattered about on the ground

There was a single leaf

Off its branch

As its time was end

It was moving in the air

Like dancing

Feeling reluctant to land on earth

Before showing its dancing performance

And its yellowish brown color

Although finally down on earth

Where it belongs

I want to be like that falling leaf

Dancing the most beautiful dance

Singing the most melodious song

Before my body returns to become one with earth

As the expression of gratitude towards

The Maker of Lives

(Rawamangun, end of May 2007)

8 comments:

Unknown said...

Hi beb
a very touching story. and a lovely poem. mudah2n dalam waktu dekat, blog kumpulan puisi papa bisa diselesaikan ya. semoga papa cepat sembuh. main piano lagi. menulis lagi. berkomentar pendek2 tentang cucu2nya lagi.

Stella Aleida Hutagalung said...

Makasih ya beb. Mudah-mudahan ya, Papa masih kuat nanti main piano dan menambah puisinya. Cucu-cucu pasti selalu nambah semangat Papa, apalagi Gita dan Artia semakin pintar bercerita. Doa mereka untung Ompung Dolinyapun selalu dihaturkan tiap malam.

Lia Marpaung said...

hi tel. syukurlah sekarang papah sudah kembali pulang ke rumah ya tel...saat2 kemaren memang membuat kita semua cemas....pengen ketemu papah lagi, senang melihat semangat beliau, yang tak pernah surut sekalipun didera penyakit dan usia....oya, aku juga pengen bisa mendengar papa main piano tel...a vision just across my mind, papa dan aku berduet bareng bermain piano yg mengalunkan lagu "Amazing Grace", tella yang nyanyi, dan papiku mendengarkan kita semua....aaah....

Stella Aleida Hutagalung said...

Lia!!! Pengen banget visionmu bisa terwujud. Lia nanti mampir lagi ke rumah ya dan main piano bareng Papa. Nanti kalau udah cukup sehat bisa gantian menghibur si Papi:) "Amazing Grace" lagu kesukaan Papa juga tuh. Papa udah mulai nulis lagi nih Li, tepatnya Mama yang mencatat omongan Papa, lalu nanti aku yang bantu ngetik:) Saling mendoakan ya. Hugs.

tukangkhayal said...

Tel, amazing ya papa-nya stella sangat berjiwa besar di setiap keadaan. Semoga beliau mendapatkan yang terbaik, seperti yang selama ini beliau lakukan, selalu berusaha memberikan yang terbaik.
Salam buat papa, he is so inspiring.

Stella Aleida Hutagalung said...

Makasih banyak ya Git. Makasih untuk doamu. Papa masih punya banyak keinginan. Mudah-mudahan semua bisa tercapai. Keterbatasan yang dia alami saat ini sering membuat Papa frustasi, tapi syukurlah Papa selalu mau mencoba tegar lagi..dan semua rasa sedih dan syukur dituangkan dalam puisinya:)

Boodeznee said...

Dearest Stella, semoga papamu cepat sembuh ya.

Stella Aleida Hutagalung said...

Desny, makasih banyak ya! Iya,itu juga doaku agar kondisi Papa semakin hari semakin baik. Amen.