Wednesday, June 11, 2008

Hujan Bulan Juni

Siang tadi saya menerima kiriman puisi dari suami tercinta. Senang karna Wahyu sering mengingatkan tentang hujan di bulan Juni. Ya, sekarang sudah masuk bulan Juni dan kami berdua kerap membicarakan Sapardi Djoko Damono dengan “Hujan Bulan Juni”nya. Indah sekali puisi ini. Thanks my beb.

Saya selalu senang menikmati hujan yang jatuh secara berirama ke bumi. Bau tanah dan rumput yang menebar setelah hujan usai adalah sensasi romantis yang tak bisa terjabarkan dengan kata. Menatap hujan sambil menghirup aroma romantis bumi dari tepi jendela bisa memperkaya hati ini dengan kuntum-kuntum bunga.

Hujan Bulan Juni

(Sapardi Djoko Damono)

tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu


2 comments:

Lia Marpaung said...

mauuu dooonk dikirimin puisi juga oleh si beb....lhohh kokkkk.....hehehehe....so sweet bangettt siiih papah wh, tel.....btw, u guys will celebrate your 1st anniversary soon yaaah ? bikin syukuran kecil doonk tel,.....gue pasti dateng kali ini hehehe [membayar hutang karena kemaren ga bisa menghadiri pesta pernikahan kalian niiih]

membaca puisinya Sapardi Djoko D, membuatku jadi melancoly deeh tel,....berbagai ingatan masa lalu jadi seperti berloncatan dan menari-nari didepan mata, memaksaku kini menjadi satu2nya penonton....

Stella Aleida Hutagalung said...

Halo Li, thanks for stopping by. Yah, Papi WH memang bisa romantis sewaktu-waktu..hehehe. Dirimu ingat ya kita mau 1st anniversary bentar lagi?:) Semua terjadi juga berkat bantuan dan doamu lho Li, juga semua teman-teman tersayang:)!

Hampir saja Om Sapardi bisa datang ke acara resepsi pernikahan kita. Sayang banget dia punya begitu banyak acara. Anyway, lantunan kata-katanya seringkali sederhana tapi masuk ke relung terdalam..