Kamis dua pekan lalu saat perayaan ulang tahun gereja tempat saya menjadi anggota jemaat, GKPI (Gereja Kristen Protestan Indonesia), yang ke 48, Pdt Patut Sipahutar mengangkat bacaan dari Matius 28:28b (bunyinya: “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai pada akhir zaman”) dalam kotbahnya dan menekankan pentingnya kita mengingat.
Pdt Patut mengawali dengan mengatakan betapa hidup kita ini akan terasa sepi, kosong dan sia-sia jika tidak ada orang yang mengingat kita dan yang kita ingat. Bayangkan jika kita tidak memiliki teman dan keluarga untuk berbagi rasa, pastilah rasa kesendirian selalu merongrong dari hari ke hari dan kita merasa apa yang kita lakukan tidak ada manfaatnya karna tidak ada tempat berbagi.
Mengingat orang-orang yang kita kasihi adalah hal utama. Biasanya kita baru melakukan ini saat kita berada jauh secara fisik. Sewaktu kita masih tinggal bersama dalam satu rumah atau satu kota atau satu negeri kadang kita taken for granted (kurang menghargai) keberadaan mereka. Padahal pasti setiap orang sangat senang jika diingat, terlebih oleh orang yang dekat dengan mereka.
Mengingat orang yang kita sayang tidak memerlukan biaya yang besar. Ada banyak cara sederhana untuk melakukannya, bisa dengan menelepon, mengirim kartu/email/ surat/kado, berkunjung ke kantor/rumah, melakukan aktivitas bersama, membawakan mereka dalam doa, dll.
Anggota keluarga atau teman/kerabat kita yang telah meninggalpun pasti kerap muncul dalam ingatan kita. Kita terus membawa mereka dalam kenangan kita. Dan ini wajar sekali. Seperti halnya papa jika kangen sama alm bang Gum pasti akan memainkan lagu-lagu lewat pianonya yang bisa membawanya pada kenangan akan bang Gum atau mengunjungi Gita (anaknya bang Gum). Sedangkan mama yang dulunya lebih sering menangis saat mengingat bang Gum saat ini lebih banyak berbicara dengan bang Gum lewat doa.
Tuhan juga meminta hal sederhana ini pada kita, yakni agar kita selalu mengingat Dia. Mengingat akan janjiNya bahwa Dia akan menyertai kita senantiasa sampai pada akhir zaman—mengingat pada Allah yang berjanji. Pengetahuan kita tentang Tuhan bisa saja terbatas, tapi Tuhan hanya menuntut kita untuk mengenal dan mengingat Dia senantiasa.
Kita biasanya lebih mengutamakan berkat dari Tuhan daripada Tuhan sendiri. Padahal berkat Tuhan yang utama adalah janji yang Tuhan berikan kepada kita. Allah yang berjanji mampu dan setia menempati janjiNya. Kita dilatih untuk beriman seperti Abraham—mengingat akan janji Allah.
Tuhan sudah memberikan kehidupan besar buat kita, dan Tuhan hanya meminta hal sederhana agar kita selalu mengingat Dia dan janjiNya. Semoga kita tidak pernah lupa pada Tuhan dalam susah dan senang, di setiap hembusan nafas kita.
4 comments:
stella, thanks for writing and sharing this topic. I like it and may this writing be a blessing for others too. And be sure, that you are remembered, my dear ! Miss you yaaah ....
Lia dear,iya,semoga kita selalu bisa mengingat janji Tuhan dan mengingat orang2 yg kita sayang. Miss U2 dear!
Good job!
Magnific!
Post a Comment