Beberapa hari terakhir ini mungkin anda kerap melihat pemberitaan tentang kasus pembunuhan terhadap Naek Gomgom Hutagalung. Naek ini anak amangtua (pakde) saya. Sayapun sebenarnya kaget saat tahu kasus yang menimpa sepupu saya ini. Tak terbayangkan rasa sedih dan kehilangan yang harus ditanggung amangtua sekeluarga. Pasti perih. Apalagi persidangan atas kasus ini panjang sekali dan melelahkan. Tertuduhnya adalah Lidya Pratiwi (pemain sinetron baru) dan keluarganya--ibu dan pamannya, ditambah satu orang (yang bekerja sebagai satpam di sebuah perusahaan).
Saya tahu memang ada asas praduga tak bersalah, tapi saya pribadi geram sekali melihat betapa tim pengacara Lidya berusaha terus meminta rasa simpati dari masyarakat lewat informasi-informasi yang ditayangkan melalui acara infotainment. Sosok dia yang menangislah ditayangkan, rasa ibanya, dll. Memuakkan. Kami sekeluarga selalu berang setiap kali melihat wajah si Lidya dan pengacaranya Hotma Paris Sitompul muncul di TV.
Naek dibunuh bulan April 2006. Dia bintang iklan dan juga pengusaha muda. Rupanya dia berteman dengan orang yang salah, si Lidya ini. Pada hari nahas itu Lidya menelpon Naek untuk bertemu di sebuah restoran dengan alasan ingin meminjam uang. Tapi ternyata bukan meminjam uang yang terjadi malah dia dirampok dan dibunuh. Detail pembunuhannya tidak bisa saya ceritakan di sini karna sangat sadis..
Harapan kami keluarganya hanyalah satu: agar pengadilan benar-benar bisa berjalan dengan adil. Ini saja sebenarnya tidak akan bisa menghapus rasa kehilangan yang amat sangat, tapi dengan pelakunya dikenai hukuman bisa sedikit membuktikan bahwa memang masih ada keadilan di negeri ini. Semoga..
Tuesday, September 26, 2006
Thursday, September 21, 2006
Tak ada tempat untuk menyepi
Dulu sewaktu di Bergen (Norway) saya senang sekali berjalan ke danau di dekat tempat tinggal, duduk di tepinya dan menikmati pemandangan sekeliling yang memesona. Melihat para bebek cantik yang begitu bahagia berenang di danau dan sebagian mengeringkan badannya di rerumputan yang terbentang luas. Indah dan menyejukkan hati. Saat ini saya rindu sekali untuk bisa berkunjung ke sana. Untuk kembali punya tempat menyepi yang indah..punya teman para bebeks yang selalu siap menemani saat senang atau sedih. Berkunjung ke danau dan bercerita pada para bebeks yang selalu riang dan selalu siap meringankan rasa suntuk yang ada di benak saya, terutama saat tidak ada seorangpun yang sedang bersedia untuk diajak bicara, untuk diajak mengerti..
Monday, September 11, 2006
Hidup ini untuk mengingat dan diingat
Kamis dua pekan lalu saat perayaan ulang tahun gereja tempat saya menjadi anggota jemaat, GKPI (Gereja Kristen Protestan Indonesia), yang ke 48, Pdt Patut Sipahutar mengangkat bacaan dari Matius 28:28b (bunyinya: “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai pada akhir zaman”) dalam kotbahnya dan menekankan pentingnya kita mengingat.
Pdt Patut mengawali dengan mengatakan betapa hidup kita ini akan terasa sepi, kosong dan sia-sia jika tidak ada orang yang mengingat kita dan yang kita ingat. Bayangkan jika kita tidak memiliki teman dan keluarga untuk berbagi rasa, pastilah rasa kesendirian selalu merongrong dari hari ke hari dan kita merasa apa yang kita lakukan tidak ada manfaatnya karna tidak ada tempat berbagi.
Mengingat orang-orang yang kita kasihi adalah hal utama. Biasanya kita baru melakukan ini saat kita berada jauh secara fisik. Sewaktu kita masih tinggal bersama dalam satu rumah atau satu kota atau satu negeri kadang kita taken for granted (kurang menghargai) keberadaan mereka. Padahal pasti setiap orang sangat senang jika diingat, terlebih oleh orang yang dekat dengan mereka.
Mengingat orang yang kita sayang tidak memerlukan biaya yang besar. Ada banyak cara sederhana untuk melakukannya, bisa dengan menelepon, mengirim kartu/email/ surat/kado, berkunjung ke kantor/rumah, melakukan aktivitas bersama, membawakan mereka dalam doa, dll.
Anggota keluarga atau teman/kerabat kita yang telah meninggalpun pasti kerap muncul dalam ingatan kita. Kita terus membawa mereka dalam kenangan kita. Dan ini wajar sekali. Seperti halnya papa jika kangen sama alm bang Gum pasti akan memainkan lagu-lagu lewat pianonya yang bisa membawanya pada kenangan akan bang Gum atau mengunjungi Gita (anaknya bang Gum). Sedangkan mama yang dulunya lebih sering menangis saat mengingat bang Gum saat ini lebih banyak berbicara dengan bang Gum lewat doa.
Tuhan juga meminta hal sederhana ini pada kita, yakni agar kita selalu mengingat Dia. Mengingat akan janjiNya bahwa Dia akan menyertai kita senantiasa sampai pada akhir zaman—mengingat pada Allah yang berjanji. Pengetahuan kita tentang Tuhan bisa saja terbatas, tapi Tuhan hanya menuntut kita untuk mengenal dan mengingat Dia senantiasa.
Kita biasanya lebih mengutamakan berkat dari Tuhan daripada Tuhan sendiri. Padahal berkat Tuhan yang utama adalah janji yang Tuhan berikan kepada kita. Allah yang berjanji mampu dan setia menempati janjiNya. Kita dilatih untuk beriman seperti Abraham—mengingat akan janji Allah.
Tuhan sudah memberikan kehidupan besar buat kita, dan Tuhan hanya meminta hal sederhana agar kita selalu mengingat Dia dan janjiNya. Semoga kita tidak pernah lupa pada Tuhan dalam susah dan senang, di setiap hembusan nafas kita.
Pdt Patut mengawali dengan mengatakan betapa hidup kita ini akan terasa sepi, kosong dan sia-sia jika tidak ada orang yang mengingat kita dan yang kita ingat. Bayangkan jika kita tidak memiliki teman dan keluarga untuk berbagi rasa, pastilah rasa kesendirian selalu merongrong dari hari ke hari dan kita merasa apa yang kita lakukan tidak ada manfaatnya karna tidak ada tempat berbagi.
Mengingat orang-orang yang kita kasihi adalah hal utama. Biasanya kita baru melakukan ini saat kita berada jauh secara fisik. Sewaktu kita masih tinggal bersama dalam satu rumah atau satu kota atau satu negeri kadang kita taken for granted (kurang menghargai) keberadaan mereka. Padahal pasti setiap orang sangat senang jika diingat, terlebih oleh orang yang dekat dengan mereka.
Mengingat orang yang kita sayang tidak memerlukan biaya yang besar. Ada banyak cara sederhana untuk melakukannya, bisa dengan menelepon, mengirim kartu/email/ surat/kado, berkunjung ke kantor/rumah, melakukan aktivitas bersama, membawakan mereka dalam doa, dll.
Anggota keluarga atau teman/kerabat kita yang telah meninggalpun pasti kerap muncul dalam ingatan kita. Kita terus membawa mereka dalam kenangan kita. Dan ini wajar sekali. Seperti halnya papa jika kangen sama alm bang Gum pasti akan memainkan lagu-lagu lewat pianonya yang bisa membawanya pada kenangan akan bang Gum atau mengunjungi Gita (anaknya bang Gum). Sedangkan mama yang dulunya lebih sering menangis saat mengingat bang Gum saat ini lebih banyak berbicara dengan bang Gum lewat doa.
Tuhan juga meminta hal sederhana ini pada kita, yakni agar kita selalu mengingat Dia. Mengingat akan janjiNya bahwa Dia akan menyertai kita senantiasa sampai pada akhir zaman—mengingat pada Allah yang berjanji. Pengetahuan kita tentang Tuhan bisa saja terbatas, tapi Tuhan hanya menuntut kita untuk mengenal dan mengingat Dia senantiasa.
Kita biasanya lebih mengutamakan berkat dari Tuhan daripada Tuhan sendiri. Padahal berkat Tuhan yang utama adalah janji yang Tuhan berikan kepada kita. Allah yang berjanji mampu dan setia menempati janjiNya. Kita dilatih untuk beriman seperti Abraham—mengingat akan janji Allah.
Tuhan sudah memberikan kehidupan besar buat kita, dan Tuhan hanya meminta hal sederhana agar kita selalu mengingat Dia dan janjiNya. Semoga kita tidak pernah lupa pada Tuhan dalam susah dan senang, di setiap hembusan nafas kita.
Friday, September 08, 2006
Bersih-bersih
Beberapa hari ini saya menyempatkan sela-sela waktu untuk membersihkan lemari buku di kamar. Ini harus dilakukan karna ada banyak sekali buku-buku referensi saat kuliah di Bergen dan referensi penulisan tesis yang menunggu untuk disusun dalam lemari tersebut. Ah, ternyata cukup menyita waktu juga tugas ini. Maklum, sudah 3 tahun ini saya belum menyortir ulang isi rak buku.
Untuk bisa memasukkan buku-buku seberat lebih dari 50 kg yang masih ada di dalam kardus berarti saya pun harus membuang catatan, kertas dan buku-buku sebanyak itu juga. Tugas bersih-bersihpun dimulai:)
Hal pertama yang harus saya miliki sewaktu bersih-bersih ini adalah rasa tega, maksudnya tega untuk membuang yang sudah tidak relevan untuk disimpan. Hobi saya mengumpulkan segala sesuatu--seperti poster acara seni, majalah lama, tissue dari kafe dan restoran, booklet festival film, kartu undangan pernikahan teman atau keluarga (tadinya ini dimaksud untuk jadi contoh kartu undangan pernikahanku kelak,hehe), buku acara pernikahan dari berbagai acara pernikahan (inipun dengan alasan yang sama), buku acara natal, paskah, dll (nah kalau ini untuk referensi jika menyusun acara serupa, maklum selama bertahun-tahun saya aktif sekali jadi berbagai panitia di gereja), dan masih banyak lagi—membuat isi lemari bukupun makin membludak. Nah, mereka-mereka inilah yang pertama disortir dan dibuang.
Isi lemaripun sangat banyak karna dipenuhi buku-buku sewaktu kursus. Sejak SMA saya senang sekali kursus—bahasa Inggris, Jepang, Thailand dan kursus filsafat. Buku-buku inipun harus disortir karna banyak yang sudah tidak diperlukan lagi sekarang. Buku-buku ini tetap dimasukkan dalam kardus terpisah, siapa tahu nanti bisa disumbangkan ke pihak yang berminat.
Pekerjaan yang pernah saya tekuni dari beberapa tempat juga menyumbang isi lemari buku. Sewaktu di bank Niaga karna saya menjalani program training (management trainee) maka saya memiliki setumpuk modul pendidikan dasar bank meliputi berbagai topik. Buku-buku mengenai kebudayaan dan pendidikan di Thailand banyak saya miliki karna sempat b ekerja di Kedutaan Thailand. Berbagai referensi mengenai agama pelan-pelan juga mulai memenuhi lemari buku saat saya bekerja di Asia Foundation. Ada cukup banyak buku dari kumpulan ini yang juga harus disortir.
Tahap bersih-bersih ini memang belum sepenuhnya selesai, tapi hasilnya sudah bisa terlihat: cukup banyak ruang kosong yang bisa digunakan untuk menampung para buku 50 kg. Lega sekali. Ternyata kegiatan bersih-bersih ini juga menyenangkan karna saya bisa menemukan beberapa hal yang sudah lama tak terlihat, misalnya ada foto-foto beberapa tahun lalu saat saya masih sangat kurus (paling tidak ada bukti bahwa saya pernah kurus,hehe), surat baptis yang sempat dikira sudah hilang, kartu-kartu dari teman-teman, dan yang membuat saya senang sekaligus terharu adalah di antara tumpukan dokumen dan buku-buku itu ada tulisan alm bang Gum yang saat itu membantu saya menerjemahkan CV pertama saya.
Bersih-bersih ternyata juga membuat saya lebih bersemangat karna tumpukan debu serta-merta berkurang. Ini berarti saya harus rutin melakukan bersih-bersih dan penyortiran terhadap isi lemari buku saya. Semoga jadi rencana yang ditepati:)
Untuk bisa memasukkan buku-buku seberat lebih dari 50 kg yang masih ada di dalam kardus berarti saya pun harus membuang catatan, kertas dan buku-buku sebanyak itu juga. Tugas bersih-bersihpun dimulai:)
Hal pertama yang harus saya miliki sewaktu bersih-bersih ini adalah rasa tega, maksudnya tega untuk membuang yang sudah tidak relevan untuk disimpan. Hobi saya mengumpulkan segala sesuatu--seperti poster acara seni, majalah lama, tissue dari kafe dan restoran, booklet festival film, kartu undangan pernikahan teman atau keluarga (tadinya ini dimaksud untuk jadi contoh kartu undangan pernikahanku kelak,hehe), buku acara pernikahan dari berbagai acara pernikahan (inipun dengan alasan yang sama), buku acara natal, paskah, dll (nah kalau ini untuk referensi jika menyusun acara serupa, maklum selama bertahun-tahun saya aktif sekali jadi berbagai panitia di gereja), dan masih banyak lagi—membuat isi lemari bukupun makin membludak. Nah, mereka-mereka inilah yang pertama disortir dan dibuang.
Isi lemaripun sangat banyak karna dipenuhi buku-buku sewaktu kursus. Sejak SMA saya senang sekali kursus—bahasa Inggris, Jepang, Thailand dan kursus filsafat. Buku-buku inipun harus disortir karna banyak yang sudah tidak diperlukan lagi sekarang. Buku-buku ini tetap dimasukkan dalam kardus terpisah, siapa tahu nanti bisa disumbangkan ke pihak yang berminat.
Pekerjaan yang pernah saya tekuni dari beberapa tempat juga menyumbang isi lemari buku. Sewaktu di bank Niaga karna saya menjalani program training (management trainee) maka saya memiliki setumpuk modul pendidikan dasar bank meliputi berbagai topik. Buku-buku mengenai kebudayaan dan pendidikan di Thailand banyak saya miliki karna sempat b ekerja di Kedutaan Thailand. Berbagai referensi mengenai agama pelan-pelan juga mulai memenuhi lemari buku saat saya bekerja di Asia Foundation. Ada cukup banyak buku dari kumpulan ini yang juga harus disortir.
Tahap bersih-bersih ini memang belum sepenuhnya selesai, tapi hasilnya sudah bisa terlihat: cukup banyak ruang kosong yang bisa digunakan untuk menampung para buku 50 kg. Lega sekali. Ternyata kegiatan bersih-bersih ini juga menyenangkan karna saya bisa menemukan beberapa hal yang sudah lama tak terlihat, misalnya ada foto-foto beberapa tahun lalu saat saya masih sangat kurus (paling tidak ada bukti bahwa saya pernah kurus,hehe), surat baptis yang sempat dikira sudah hilang, kartu-kartu dari teman-teman, dan yang membuat saya senang sekaligus terharu adalah di antara tumpukan dokumen dan buku-buku itu ada tulisan alm bang Gum yang saat itu membantu saya menerjemahkan CV pertama saya.
Bersih-bersih ternyata juga membuat saya lebih bersemangat karna tumpukan debu serta-merta berkurang. Ini berarti saya harus rutin melakukan bersih-bersih dan penyortiran terhadap isi lemari buku saya. Semoga jadi rencana yang ditepati:)